Saturday, November 24, 2012

Australia Pasca Perang Dunia I (ferdi)




Selama perang dunia pertama Australia kehilangan pasukan kurang lebih 60.00 ribu orang. Setelah perang dunia pertama selesai, mulai timbul kesadaran dalam diri rakyat Australia, bahwa Australia berhak mendapat perlakuan yang sama dengan Negara-negara yang sudah merdeka, pemerintah dan rakyat Australia menuntut  pengakuan penuh  sebagai Negara yang berdaulat penuh. Dalam perundingan perundingan perdamaian di Versailles.[1] Perdana menteri Australia yang pada saat itu dijabat oleh William Hughes, mendesak agar Australia memiliki hak yang sama dengan bangsa bangsa yang sudah merdeka , tuntutan yang disampaikan Hughes akhirnya diterima oleh oleh inggris, dan Australia bersama denga negra dominion lainnya di ijinkan mengirimkan wakilnya sendiri.[2]

Perjanjian Versailles merupakan perjanjian dengan Negara lain yang ditandatangani oleh Australian atas namanya sendiri. Ketika Liga Bangsa bangsa[3] dibentuk, Australia bersama dengan Negara dominion lainnya , ikut menjadi anggota . Australia memperoleh hak atas sebagaian wilayah bekas jajahan Jerman  di pasifik sebagai daerah mandat, yaitu Irian timur laut, kepulauan Bismarck, serta bersama New Zealand dan Inggris menjadi wali atas pulau Nauru.[4]
Pada masa perdamaian, sebuah Negara yang terlibat perang biasanya akan mengalami kesulitan, hal tersebut dikarena tuntutan untuk ikut berperang mengubah pola masyarakat yang dibuat agar mampu berperan serta dalam menyuplai baik itu tenaga berupa tentara maupun barang produksi berupa senjata dan misiu, hal inilah yang terjadi di Australia, ketika pemerintah ingin  mengubah cara hidup rakyatnya ke kondisi semula, yakni ke kehidupan normal sebelum terjadi perang tentunya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama, hal ini juga tidal lepas dari hubungan luar negeri sebuah Negara.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan dunia luar mulai bermunculan pada sepuluh tahun terakhir perang dunia pertama, yakni sekitar tahun 1929 ketika terjadi depresi.[5] Depresi global tahun 1930 ditenggarai dimulai dengan runtuhnya Wall Street tahun 1929 dalam kejadian yang dikenal dengan Black Thursday di Amerika Serikat. Setelah itu kejadian buruk datang bertubi-tubi, mulai dari bank rush, tutupnya berbagai perusahaan, ratusan bank dibangkrutkan, pengangguran meningkat tajam, hingga kontraksi dalam ekonomi. Berbagai teori telah dikemukakan untuk menjawab apa yang menjadi sebab dari depresi ekonomi global ini, mulai dari kebijakan pengetatan likuiditas yang dilakukan berbagai bank, kesalahan yang dilakukan the Fed dalam menjaga jumlah uang yang beredar, keputusan Bank Sentral Inggris untuk kembali ke Standar Emas sebelum Perang Dunia I, dan banyak hal lainnya.[6]
Depresi yang terjadi  di australia secara- berangsur angsur mulai pulih  sekitar tahun 1930 sampai 1940-an. Sedangkan sebab khusus yang menyebabkan depresi yang melanda australia adalah kurang memperhatikan  harga wol di luar australia  dan siap dan tidak siapnya bangsa lain berdagang denga australia, selain itu juga periode antara 1919-1939 dalam negeri australia terjadi rasionalisasi tentara paska PD 1, para tentara yang pulang setelah perang dunia pertama berakhir, dimana mereka memerlukan pekerjaan, yang kemudian menimbulkan pertanyaan dimana dan jenis pekerjaan apa yang bisa mereka kerjakan. Akhirnya  pemerintah mengabil kebijakan bagi para tentara yang pulang ke australia diberi sebidang tanah dengan segala fasilitasnya untuk bertani, namun disisi lain banyak pula diantara para tersebut yang tidak bisa bertani, dan adapula jenis tanah yang tidak bisa di jadikan lahan pertanian yang subur. Dengan melonjaknya jumlah petani di australia menimbulkan  kelebihan bahan pangan, dari apa yang dibutuhkan oleh australia pada saat itu. Akhirnya kelebihan bahan makanan tersebut di ekspor keluar negeri, tetapi pasar luar negeri mau membeli barang dari australia dengan harga murah, akhirnya penduduk australia terutama golongan petani mengeluh pada pemerintah karena harga jual tidak bisa menutupi biaya produksi.[7]
Golongan petani yang merasa semakin tertekan  membentuk suatu partai yang disebut Country Party di parlemen yang berjuang  supaya golongan petani mendapatkan  perlakuan yang baik dari pemerintah, sedangkan dalam waktu yang bersamaan  Labour Party dan manufaktur berjuang agar barang yang diimpor  di kenakan tarif yang tinggi. Dimana nantinya akan membuat biaya hidup ,serta upah menjadi tinggi, dan yang terpukul oleh kebijakan tersebut adalah kelompok petani dan peternak.[8]
Selanjut golongan petani yang menuntut kesejateraannya juga mendapat respon dari pemerintah , yakni akan membayar harga produksi Australia, jika mendapat harga lebih rendah seumpamama di jual keluar negeri. Hal tersebut nampaknya hanya diperoleh kalangan petani sedangkan kelompok peternak belum mendapat jaminan  yang pasti dari pemerintah. Produksi wol[9]  merupakan salah satu komoditi terbesar di australia  dan hampir keseluruhn hasil produksi dikirim keluar negeri, sedangkan harga wol dibeli dengan harga rendah oleh pasar luar negeri, akibatnya pengusaha wol menjadi kelompok yang sangat menderita.[10]
Paska perang dunia pertama australia bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa,dengan keikutsertaannya dalam LBB, australia mendapatkan mandat atas New guinea. Australia tetap konsisten dalam organisasi in dengan terus mengirimkan perwakilannya setiap kali pertemuan diadakan. Namun setelah mengalami depresi hebat di tahun 1930-an banyak negara negara yang tergabung dalam Liga Bangsa –Bangsa, mulai sibuk mengurusi permasalahan dalam negeri, begitu juga dengan australia. Liga bangsa Bangsa semakin menurun dalam hal kinerja, terutama dalam menangani permaslahan permasalahan internasional.
Semakin lemahnya posisi liga bangsa bangsa sebagai peredam konflik internasional dimangfaatkan oleh beberapa negara untuk mulai menyarang negara-negara lain. Seprti jepang yang menyerang Mansyuria dan itali menyerang Abesinia. Diantara tahun 1921-1929 terdapat 3 negara yang menjadi facis  yang pertama adalah italia tahun 1922 di bawah kempemimpinan mussolini. Setelah itu diikuti oleh jerman yang dikenal dengan nasional sosialis atau NAZI, dibawah kepemimpinan adolf hitler dan selanjutnya jepang.[11]


[1] Perjanjian Versailles (1919) adalah suatu perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia I antara Sekutu dan Kekaisaran Jerman. Setelah enam bulan negosiasi melalui Konferensi Perdamaian Paris, perjanjian ini akhirnya ditandatangani sebagai tindak lanjut dari perlucutan senjata yang ditandatangani pada bulan November 1918 di Compiègne Forest, Versailes, Paris, yang mengakhiri perseturuan sesungguhnya. Salah satu hal paling penting yang dihasilkan oleh perjanjian ini adalah bahwa Jerman menerima tanggung jawab penuh sebagai penyebab peperangan dan, melalui aturan dari pasal 231-247, harus melakukan perbaikan-perbaikan pada negara-negara tertentu yang tergabung dalam Sekutu ( lihat : http://www.indonesiaindonesia.com/langit_byru)
[2] Simboro, J. sejarah Australia. Jakarta : P2LPTK. 1989. hal 161
[3] Dibentuk LBB Liga Bangsa-Bangsa (LBB) adalah sebuah organisasi internasional yang didirikan setelah Konferensi Perdamaian Paris 1919, tepatnya pada 10 Januari 1920. Fungsi-fungsi utamanya termasuk melucuti senjata, mencegah perang melalui keamanan kolektif, menyelesaikan pertentangan antara negara-negara melalui negosiasi dan diplomasi, serta memperbaiki kesejahteraan hidup global.
Ide untuk mendirikan LBB dicetuskan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson meskipun AS sendiri kemudian tidak pernah bergabung dengan organisasi ini. (lihat : http://azmuharam. Blogspot .com/)
[4] Simboro, J. op. cit. hal 161
[5] T.H, Tangkuman. Sejarah Australia sejak tahun 1606. Malang : IKIP Malang. 1985. hal. 147.
[6] Lihat : http://damartriadi.wordpress.com/2009/02/26/lesson-learned-from-the-last-great-depression-of-1930.
[7] T.H, Tangkuman. Op  Cit . hal. 148.
[8] Ibid.  hal. 149
[9] Wol adalah bulu binatang yang halus(seperti bulu domba) untuk bahan pakaian(baju hangat, jas, celana dan lain sebagainya). Kamisa . Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.1997.surabaya : kartika. Hal. 579
[10] T.H, Tangkuman. Op  Cit . hal. 149
[11] T.H, Tangkuman. Op  Cit . hal. 154

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |