Friday, November 23, 2012

Misi Budaya Dan Strategi Adaptasi Etnis Minangkabau Dilihat Dari Kacamata Iqnas Kleden (ferdinan)




Misi kebudayaan Minangkabau yang dikenal dengan migrasi sirkular, merupakan sebuah kebudayaan yang berkembang di Indonesia, dimana para laki-laki minang pergi merantau untuk mmelaksanakan Misi budaya mereka. Misi budaya yang berisikan mengenai memperkaya dan memperkuat kampung halaman.
Kita dapat memasukkan pandangan iqnas kleden mengenai kebudayaan, dalam misi budaya orang orang minang. Dalam tulisan iqnas kleden “ membangun tradisi tanpa sikap traadisional” dijelaskan bahwa dalam menjaga tradisi ada dua kemungkinan yang pertama: mengandalkan tradisi dan integrasi, sebuah identitas kebudayaan akan tetap eksis, namun kita tidak tahu akan kelajutan dari identitas tersebut ketika dihadapkan pada perubahan jaman   Sebaliknya, yang Kedua : mengandalkan transformasi atau hanya dengan mengutamakan reformasi dalam suatu kebudayaan, tentunya ada resiko yang harus di hadapi yakni disintegrasi identitas kebudayaan tersebut, kemudian apakah kebudayaan hasil transformasi tersebut hasilnya akan lebih baik dari sebelumnya.
Dari sini kita dapat mulai mengkaji bahwa masyarakat perantau minang dalam proses adaptasi menggunakan pilihan yang kedua diamana, mereka mencoba melakukan transformasi terhadap misi budaya mereka , tentunya mereka melakukan itu dengan pertimbangan yang masak-masak serta dengan melihat daerah dimana mereka merantau karena daerah rantaulah yang akan membuat mereka melakukan penkajian ulang terhadap misi budaya mereka yang dianggap sudah tidak mampu mengikuti perkembangan jaman. Transformasi yang dilakukan masyarakat minang tentunya mencantumkan identitas mereka sebagai perantau minang.
Dalam tulisan usman pelly, kita bisa ambil contoh seorang pengusaha yang sukses yakni Pak Hambali, dimana digambarkan  strategi perantau berubah dan bertahan(tidak berubah). Pak hambali menafsirkan misi budaya minangkabau bias menunjukan kecenderungan kecenderungan baru dikalangan  para perantau Minang.
Dalam perantauan pak hambali mengajak serta anak dan istrinya. Dalam perantau dia mampu menjadi pengusaha yang sangat sukses, bahakan beliau juga menjalin relai dengan pemerintah, tidak seperti pendahulu-pendahulunya yang cenderung menjauh dari pemerintahan. Namun  disisi lain keluarga pak hambali mendapat penggunjingan, karena sebagai pengusaha yang sukses beliau tidak membangun apa-apa dikampung halaman.
Pak hambali menolak bahwa dia tidak memperhatikan adat minangkabau, dia mempunyai cara tersendiri dalam menjalankan misi budayanya, misalnya saja  membantu  komunitas minangkabau, terutama pagelaran-pagelaran seni minangkabau, tempat tempat menginap para pemain, serta mencetak slembaran-selebaran pagelaran tersebut. Apabila kita melihat kasus pak hambali tentunya kebudayaan Indonesia, akan nampak lebih jelas konsepnya, karena kebudayaan perlu perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan tuntutan jaman. Dimana yang perlu diperhatikan adanya hubungan-hubungan yang tidak dihilangkan antara budaya lama dengan budaya baru

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |