Misi kebudayaan Minangkabau yang dikenal dengan migrasi sirkular,
merupakan sebuah kebudayaan yang berkembang di Indonesia, dimana para laki-laki
minang pergi merantau untuk mmelaksanakan Misi budaya mereka. Misi budaya yang
berisikan mengenai memperkaya dan memperkuat kampung halaman.
Kita dapat memasukkan pandangan iqnas kleden mengenai kebudayaan,
dalam misi budaya orang orang minang. Dalam tulisan iqnas kleden “ membangun
tradisi tanpa sikap traadisional” dijelaskan bahwa dalam menjaga tradisi ada
dua kemungkinan yang pertama: mengandalkan
tradisi dan integrasi, sebuah identitas kebudayaan akan tetap eksis, namun kita
tidak tahu akan kelajutan dari identitas tersebut ketika dihadapkan pada
perubahan jaman Sebaliknya, yang Kedua : mengandalkan transformasi atau
hanya dengan mengutamakan reformasi dalam suatu kebudayaan, tentunya ada resiko
yang harus di hadapi yakni disintegrasi identitas kebudayaan tersebut, kemudian
apakah kebudayaan hasil transformasi tersebut hasilnya akan lebih baik dari
sebelumnya.
Dari sini kita dapat mulai mengkaji bahwa masyarakat perantau minang
dalam proses adaptasi menggunakan pilihan yang kedua diamana, mereka mencoba
melakukan transformasi terhadap misi budaya mereka , tentunya mereka melakukan
itu dengan pertimbangan yang masak-masak serta dengan melihat daerah dimana
mereka merantau karena daerah rantaulah yang akan membuat mereka melakukan
penkajian ulang terhadap misi budaya mereka yang dianggap sudah tidak mampu
mengikuti perkembangan jaman. Transformasi yang dilakukan masyarakat minang
tentunya mencantumkan identitas mereka sebagai perantau minang.
Dalam tulisan usman pelly, kita bisa ambil contoh seorang pengusaha
yang sukses yakni Pak Hambali, dimana digambarkan strategi perantau berubah dan bertahan(tidak
berubah). Pak hambali menafsirkan misi budaya minangkabau bias menunjukan
kecenderungan kecenderungan baru dikalangan
para perantau Minang.
Dalam perantauan pak hambali mengajak serta anak dan istrinya. Dalam
perantau dia mampu menjadi pengusaha yang sangat sukses, bahakan beliau juga
menjalin relai dengan pemerintah, tidak seperti pendahulu-pendahulunya yang
cenderung menjauh dari pemerintahan. Namun
disisi lain keluarga pak hambali mendapat penggunjingan, karena sebagai
pengusaha yang sukses beliau tidak membangun apa-apa dikampung halaman.
Pak hambali menolak bahwa dia tidak memperhatikan adat minangkabau,
dia mempunyai cara tersendiri dalam menjalankan misi budayanya, misalnya
saja membantu komunitas minangkabau, terutama
pagelaran-pagelaran seni minangkabau, tempat tempat menginap para pemain, serta
mencetak slembaran-selebaran pagelaran tersebut. Apabila kita melihat kasus pak hambali tentunya
kebudayaan Indonesia,
akan nampak lebih jelas konsepnya, karena kebudayaan perlu perubahan-perubahan
yang disesuaikan dengan tuntutan jaman. Dimana yang perlu diperhatikan adanya
hubungan-hubungan yang tidak dihilangkan antara budaya lama dengan budaya baru
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.