Di masa modern ini, merokok merupakan suatu
pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat
memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan
dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai
kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh
penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah
untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan
( reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar
norma ( permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan
dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan
didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka
sangat tertarik kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok
1. Pengaruh 0rangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah
bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras lebih
mudah untuk menjadi perokok dibanding
anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer
& Corado dalam Atkinson,
Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin
banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya
adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada
dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tadi terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan temanteman
remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja
tersebut yang akhirnya
mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja
perokok terdapat 87%
mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih
sahabat yang perokok begitu
pula dengan remaja non perokok (Al Bachri,
1991)
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan
ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit fisik atau jiwa,
membebaskan diri dari kebosanan. Namun
satu sifat kepribadian yang bersifat
prediktif pada pengguna obat-obatan
(termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
Orang yang memiliki skor tinggi
pada berbagai tes konformitas sosial lebih
mudah menjadi pengguna
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor
yang rendah (Atkinson,
1999).
4. Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan elektronik
yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau
glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada dalam iklan
tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun
IX,1991).
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.