Monday, September 17, 2012

Pendekatan Positifis dan idealis dalam filsafat sejarah





Pendekatan Positifis dan idealis dalam filsafat sejarah
W.H. Walsh

Objek utama kajian sejarah adalah manusia di masa lalu. Pertimbangan berikutnya adalah, tipe pemahaman yang dia aksud.
Di sini ada dua kemungkinan yang harus dipertimbangkan. Pemahaman Pertama adalah sejarahwan membatasi dirinya pada deskripsi pasti tentang apa yang telah terjadi, membangun apa yang disebut naratif kejadian masa lalu yang sederhana (plain narrative of past event). Pemahaman kedua adalah dia tidak hanya sekedar membangun narasi sederhama dan menceritakan tentang apa yang telah terjadi namun juga menjelaskannya. Untuk yang terakhir ini  dia menyusun apa yang disebut sebagai”significant”, bukan hanya “plain”.

Studi tentang iklim pada distrik tertentu pada periode tertentu dapat di dilakukan dalam dua level, pertama secara invidiously, sebagai amatir atau profesional.  Seorang pengamat kategori amatir maka hanya membatasi dirinya pada catatan lengkap,akurat, rinci tentang kelembapan, temperatur, arah aingin, curah hujan dan sebagainya, sehingga menghasilkan sebuah kronik sederhana mengenai cuaca di suatu distrik. Seorang pengamat profesional  tidak hanya puas dengan  kronik seperti itu, namun berusaha tidak hanya merekam namun juga  memahami kejadian yang dia amati dengan melacak kinerja temuan-temuan itu berdasar hukum-hukum umum dalam ilmu meteorologi.
Fokus utama tidak terletak pada apakah seorang pengamat amatir atau profesional tetapi pada  pertanyaan berkenaan identitas sejarah  dikaitkan dengan pemikiran ilmiah. Apakah kedua metodologi ini dapat membuat sejarah keudian mencapai level sains?
Sejarawan tidak hanya puas dengan mengetakan apa yang telah terjadi namun juga mengapa hal itu terjadi. Oleh karena itu rekonstruksi masa lalu itu harus intellegent dan intellegible. Ini menuntut konsekuensi yaitu lebih banyak bukti dan wawasan.

Bagaimana pandangan kaum posittivis?

Perspektif ilmu menurut kalangan positiviss:
1.                  semua sains itu adalah satu (punya satu metodologi yang sama)
2.                  semua cabang ilmu harus berbasis pada prosedur pengamatan, refleksi konsep dan verifikasi yang sama.
Contoh tokoh positivis Klasik August Comte:
“sejarah tidak masuk dalam kategori sains, kecuali  jika sejarahwan mau mengalihkan  perhatian dari fakta-fakta individu ke prinsip-prinsip yang digunakan sains, meninggalkan model  fact grubbing (menyaring fakta) dan memproses rumusah hukum-hukum umum (general law) dalam sejarah”.

Dan bagaimana pandangan kaum Idealis?
  1. Sejarah tetap memiliki karekter sains karena memiliki metode dan teknik
  2. orientasi pikiran sejarawan berbeda dengan sains; dalam hal ini sejarawan berurusan dengan perorangan di masa lalu, sementara sains bertujuan merumuskan hukum-hukum yang bersifat umum
Menurut RG Collingwood: sejarah adalah sain, namun sains yang sedikit peculiar (berbeda); sejarah itu konkrit dan berujung pada kebenaran individual, bukan kebenaran umum. Menurut dia, logika sains seperti jika p maka q, itu menghasilkan rumusan yang menafikkan apa yang disebut existensial import. Formulasi itu tidak mengatakan apa yang sesungguhnya telah terjadi namun yang mungkin terjadi jika kondisi-kondisi terpenuhi.

Teori Sejarah menurut Collingwood
Dia berangkat dari pemikiran bahwa sejarah berurusan dengan pengalaman dan pemikiran manusia. Kdua, pemahaman sejarah itu unik dan dekat (langsung). Sejarawan dapat masuk ke inner nature dari sebuah peristiwa yang dia kaji dan memahaminya dari dalam. Ini merupakan sebuah keuntungan yang tidak pernah dapat diperoleh saintis ilmu alam yang tidak pernah mengtahui objek fisik dengan cara seperti yang dapat dilakukan oleh sejarawan.
“bagi seorang saintis, alam selalu dan hanya sebuah “fenomena” bukan dalam pengertian menjadi kenyataan yang tidak sempurna, dalam dalam pengertian menjadi tontonan untuk pengamat; sementara peristiwa sejarah  tidakpernah hanya sekedar emnjadifenomena atau sekedar tontonan untuk direnungkan, namun merupakan sesuatu yang dilihat sejarahwan, bukan (hanya dilihat) pada, namun melalui (menembusnya), untuk memahami pemikiran dari dalam.”
Sejarah adalah intellegible karena sejarah adalah manifestasi dari pikiran.
Konsep inti dari sejarah adalah konsep aksi, antara lain peikiran yang kemudian terekspresikan dalam perilaku eksternal. Sejarawanharus mengawali dari sekedar deskripsi fisik namun (selanjutnya) tujuan dia harus “masuk hingga pemikiran di balik (deskripsi tersebut) yang mendasari itu.
Contoh: sejarawan bisa memulai dari fakta tentang pribadi yang disebut dengan Senopati pada kurang lebih 1590 saat menyeberangi sungai Madiun. Cerita tidak hanya berhenti di sini namun dilanjutkan hingga penelusuran apa yangk emudian ingin dia lakukan dan apa yang ada di otaknya, apa yang melandasi tindakan dia melakukan invasi ke Timur. Proses ini yang disebut oleh Colingwood sebagai menyeberang dari sisi luar ke sisi dalam dari sebuah peristiwa. Melalui cara inilah, sebuah aksi dapat dipahami secara keseluruhan.

Kritik terhadap Teori Collingwood
  1. mengatakan bahwa semua sejarah adalah sejarah pemikiran sama saja menganjurkan orang menulis sejarahnya sendiri; menafikkan/bebas dari kekuatan alam
  2. tidak semua tindakan manusia itu disengaja atau terlebih dahulu melalui proses pemikiran. Banyak aksi manusia yang direkam dalam sejarah terjadi secara mendadak, atau reaksi spontan terhadap rangsangan yang mendadak. Namun kritik ini dijawab bahwa dalam setiap respon dari rangsangan, sekalipun spontan, tetap ada mind di balik aksi.nnjhhbbb
  3. teori Collingwood itu masuk akal hanya untuk tipe sejarah tertentu. Selama kita memusatkan perhatian pada biografi, sejarah militer dan politik, maka nampak masuk akal. Akan tetapi jika  kita harus mengerjakan sejarah ekonomi, maka teori ini akan sulit diaplikasikan.

Teori Sejarah menurut Wilhelm Dilthey (1833-1911)
Sejarah itu termasuk dalam kelompok yang disebut dengan sciences of mind (Geisteswissenschaffen). Berbeda dengan ilmu alam, karakter dari ilmu ini  memiliki subjek permasalahan yang dapat dihidupkan kembali (lived through) atau diketahui dari dalam (known from within). Apa yang bisa dihidupkan kembali? Emosi, perasaan dan sensasi manusia sebagaimana juga pemikiran dan penalarannya. Oleh karena itu, Dilthey berkesimpulan bahwa  sejarah berkaitan dengan apa yang telah dipikirkan manusia. Apa yang ada di pikiran manusia sama pengalaman manusia

Teori Colligation inHistory dari  W.H.Walsh
Dalam teori ini, eksplanasi dilakukan dengan melacak hubungan intrinsik antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain dan menempatkan dalam konteks sejarahnya.
Jika seorang sejarawan diminta untuk menjelaskan sebuah peristiwa sejarah tertentu, saya kita dia cenderung untuk mengawali penjelasannya  dengan mngatakan bahwa peristiwa itu dilihat sebagai bagian dari gejala umum yang tengah terjadi pada saat itu. Sebagai contoh  pendudukan Hitler atas Rhineland pada tahun 1936 bisa diuraikan dengan referensi kebijkan umum self-assertion Jerman dan ekspansi yang dilakukan oleh Hitler sejak dia memperoleh kekuasaan. Disamping dikaitkandngankebijakan ini dan faktor-faktor lain yang terjadi sebelumnya  dan setelahnya seperti penolakkan perjanjian pelucutan senjata unilateral, mundurnya Jerman dari Liga Bangsa-Bangsa, penggabungan Austria dan Sudetenland, uraian-uraian itu dapat mengawali sebuah rekonstruksi ang lebih intellegible. Dan penguraian seperti itu memungkinkankita menempatkan aksi pada konteksnya.
Seiap aksi memiliki pemikiran yang membuat segala sesuatu menjadi mungkin. Itu karena aksi adalah realisasi dari sebuah tujuan dan tujuan atau kebijakan dapat diekspresikan dalam serangkaian aksi, apakah itu dilakukan oleh orang per orang atau sekelompok, kita dapat mengatakan ini sebagai intellegible, dimana beberapa peristiwa sejarah satu sama lain secara intrinsik terhubung.
Kesimpulan, nampak jelas bagi saya bahwa proses collligating merupakan bagian penting dalam pemikiran sejarah dan saya seharusnya menghubungkanini dengan apa yang telah dikatakan pada akhir dari bab tentang tujuan sejarawan untuk membuat sebuah kehoerensi diluar kejadiankejadian yang die pelajari. Oleh karena itu saya mengyarankan untuk mengamati konsep-konsep dominan tertentu atau ide-ide pokok yang  dapat mengambarkan fakta, melacak hubungan antara gagasan-gagasan dan kemudian menunjukkan bagaimana fakta-fakta detail  menjadi bisa dipahami dalam menyusun sebuah narasi kejadian yang “significant” dalam periode tertentu.

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |