Faktor Pendorong munculnya Anak Jalanan
Sementara
ini banyak orang mengira bahwa faktor utama yang menyebabkan anak turun ke jalan
untuk bekerja dan hidup dijalan adalah karena faktor kemiskinan. Namun data
dari literatur yang ada menunjukkan bahwa kemiskinan bukanlah satu-satunya
faktor penyebab anak turun ke jalan. Berikut ini adalah secara umum ada tiga
tingkatan penyebab keberadaan anak jalanan :
1.Tingkat mikro
(immediate causes), yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya.
2.Tingkat messo
(underlying causes), yaitu faktor yang ada dimasyarakat.
3.Tingkat makro (basic
causes); yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro.
Pada tingkat mikro
sebab yang bisa diidentifikasi dari anak dan keluarga yang berkaitan tetapi
juga bisa berdiri sendiri, yakni :
1. Lari dari keluarga;
disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus, berpetualangan, bermain-main
atau diajak teman.
2. Sebab dari keluarga
adalah terlantar; ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, ditolak
orangtua, salah perawatan atau kekerasan dirumah; kesulitan berhubungan dengan
keluarga atau tetangga; terpisah dengan orang tua, sikap-sikap yang salah
terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi
masalah fisik, psikologis dan sosial.
Pada tingkat messo
(masyarakat); sebab yang dapat diidentifikasi meliputi:
1. Pada masyarakat
miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu peningkatan keluarga; anak-anak
diajarkan bekerja yang berakibat drop out dari sekolah.
2. Pada masyarakat lain;
urbanisasi menjadi kebiasaan dan anak-anak mengikuti kebiasaan itu.
3. Penolakan masyarakat
dan anggapan anak jalanan sebagai calon kriminal.
Pada tingkat makro
(struktur masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Ekonomi adalah adanya
peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal keahlian
mereka harus lama dijalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa
dan kota yang
mendorong urbanisasi.
2. Pendidikan adalah
biaya sekolah yang tinggi, prilaku guru yang diskriminatif; dan
ketentuan-ketentuan teknis dan birokratis yang mengalahkan kesempatan belajar.
3. Belum beragamnya
unsur-unsur pemerintah memandang anak antara sebagai kelompok yang memerlukan
perawatan (pendekatan kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap anak
jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah (security
approach/pendekatan keamanan). [1]
Ada berbagai faktor
pendorong dan penarik yang menyebabkan anak-anak pergi ke jalanan. Hingga saat
ini banyak pihak yang meyakini bahwa kemiskinan merupakan faktor utama yang
mendorong anak pergi ke jalanan atau menjadi pekerja, sebagaimana terungkap
dalam berbagai penelitian mengenai anak jalanan dan buruh atau pekerja anak.
Pada
keluarga miskin, ketika kelangsungan hidup keluarga terancam, seluruh anggota
keluarga termasuk anak-anak dikerahkan untuk mencukupi kebutuhan keluarga .
Dengan demikian, anak dari keluarga miskin, karena kondisi kemiskinannya,
secara umum menjadi kurang terlindungi sehingga harus menghadapi resiko yang
lebih besar untuk menjadi anak jalanan.
Seperti
yang sudah di jelas bahwa bukan hanya faktor kemiskinan saja, melainkan ada
serentetan faktor lain yang turut mendukung bermunculannya anak jalanan di kota kota
besar. Berdasar pada teori pilihan rasional akan kita peroleh skema
bermunculannya anak jalanan.
Seperti yang telah
dijelaskan bahwa setiap manusia
mempunyai tujuan dan maksud. Anak-anak yang turun kehjalan juga memiliki tujuan
dan maksud pula, namun dalam teori ini paling tidak memperhatikan dua pemaksa utama tindakan. Pada anak jalanan
tentunya dapat dilihat dua pemaksa utama
yang mendorong mereka melakukan pekerjaan di jalanan, dimulai dari keluarga
(mikro) yang telah dijabarkan diatas. Ketika sebuah keluarga tidak bisa
memenuhi kebutuhan hidup secara layak, dalam hal ini akan mendorong khusus
anak-anaknya untuk ikut berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan hidup baik itu
dipaksa ataupun berdasarkan keinginan individu itu sendiri, ketika anak jalanan
dihadapkan pada masalah itu, mereka tentunya akan memilih pekerjaan yang bisa
mereka lakukan tanpa perlu membutuhkan
keahlian-keahlian khusus didalamnya.
Dalam beberapa penelitian
sebagian besar anak jalanan memilih bekerja sebagai : penjual koran, pengamen, penjual
asongan, pengemis, dan lain sebagainya.
Pemaksa tindakan kedua
mereka anak-anak turun kejalan untuk bekerja adalah norma yang berkembang di
masyarakat itu sendiri. Pengambaran masyrakat mengenai kerja, pada masyarakat
modern kerja menjadi bersifat ekonomis, dimana bekerja lebih sering
diartikan sebagai aktiovitas seseorang
yang bertujuan untuk memperoleh inmbalan uang atau barang nyata lainnya. [2]
Pada anak-anak dari
keluarga kurang mampu, gambaran mengenai kerja terbentuk melalui komunikasi,
dari hasil komunikasi maka anak jalanan
akan memiliki suatu penegetahuan sosial
mengenai bekerja.
Dari kedua pemaksa
utama tindakan tersebutlah anak-anak akan melakukan sebuah pilihan untuk
bekerja, seperti yang telah di utarakan
pekerjaan pekerjaan yang mereka lakukan tentunya sesuai denga tingkatan
mereka atau sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
[1] ---.. modul pelatihan pimpinan rumah singgah, direktorat
kesejahteraan anak, keluarga dan lanjut usia.(Jakarta. 2000) hal. 25-26.
[2] Lihat : Andriana. (Galuh.
http:/kolokiumkpmipb.worpres.com/2009/03/25/ representasi sosial tentang kerja
pada anak jalanan di stasiun kereta api bogor
dan terminal baranansiang kota bogor jawa barat.)
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.