Wednesday, November 14, 2012

Faktor Pendorong munculnya Anak Jalanan




Faktor Pendorong munculnya Anak Jalanan
Sementara ini banyak orang mengira bahwa faktor utama yang menyebabkan anak turun ke jalan untuk bekerja dan hidup dijalan adalah karena faktor kemiskinan. Namun data dari literatur yang ada menunjukkan bahwa kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor penyebab anak turun ke jalan. Berikut ini adalah secara umum ada tiga tingkatan penyebab keberadaan anak jalanan :

1.Tingkat mikro (immediate causes), yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya.
2.Tingkat messo (underlying causes), yaitu faktor yang ada dimasyarakat.
3.Tingkat makro (basic causes); yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro.
Pada tingkat mikro sebab yang bisa diidentifikasi dari anak dan keluarga yang berkaitan tetapi juga bisa berdiri sendiri, yakni :
1.      Lari dari keluarga; disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.
2.      Sebab dari keluarga adalah terlantar; ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orangtua, salah perawatan atau kekerasan dirumah; kesulitan berhubungan dengan keluarga atau tetangga; terpisah dengan orang tua, sikap-sikap yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial.
Pada tingkat messo (masyarakat); sebab yang dapat diidentifikasi meliputi:
1.     Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu peningkatan keluarga; anak-anak diajarkan bekerja yang berakibat drop out dari sekolah.
2.     Pada masyarakat lain; urbanisasi menjadi kebiasaan dan anak-anak mengikuti kebiasaan itu.
3.     Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon kriminal.
Pada tingkat makro (struktur masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi adalah :
1.     Ekonomi adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal keahlian mereka harus lama dijalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi.
2.      Pendidikan adalah biaya sekolah yang tinggi, prilaku guru yang diskriminatif; dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokratis yang mengalahkan kesempatan belajar.
3.      Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah (security approach/pendekatan keamanan). [1]

Ada berbagai faktor pendorong dan penarik yang menyebabkan anak-anak pergi ke jalanan. Hingga saat ini banyak pihak yang meyakini bahwa kemiskinan merupakan faktor utama yang mendorong anak pergi ke jalanan atau menjadi pekerja, sebagaimana terungkap dalam berbagai penelitian mengenai anak jalanan dan buruh atau pekerja anak.
Pada keluarga miskin, ketika kelangsungan hidup keluarga terancam, seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak dikerahkan untuk mencukupi kebutuhan keluarga . Dengan demikian, anak dari keluarga miskin, karena kondisi kemiskinannya, secara umum menjadi kurang terlindungi sehingga harus menghadapi resiko yang lebih besar untuk menjadi anak jalanan.
Seperti yang sudah di jelas bahwa bukan hanya faktor kemiskinan saja, melainkan ada serentetan faktor lain yang turut mendukung bermunculannya anak jalanan di kota kota besar. Berdasar pada teori pilihan rasional akan kita peroleh skema bermunculannya anak jalanan.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa setiap  manusia mempunyai tujuan dan maksud. Anak-anak yang turun kehjalan juga memiliki tujuan dan maksud pula, namun dalam teori ini paling tidak memperhatikan dua  pemaksa utama tindakan. Pada anak jalanan tentunya dapat dilihat  dua pemaksa utama yang mendorong mereka melakukan pekerjaan di jalanan, dimulai dari keluarga (mikro) yang telah dijabarkan diatas. Ketika sebuah keluarga tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup secara layak, dalam hal ini akan mendorong khusus anak-anaknya untuk ikut berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan hidup baik itu dipaksa ataupun berdasarkan keinginan individu itu sendiri, ketika anak jalanan dihadapkan pada masalah itu, mereka tentunya akan memilih pekerjaan yang bisa mereka lakukan  tanpa perlu membutuhkan keahlian-keahlian khusus didalamnya.
Dalam beberapa penelitian sebagian besar anak jalanan memilih bekerja sebagai : penjual koran, pengamen, penjual asongan, pengemis, dan lain sebagainya.
Pemaksa tindakan kedua mereka anak-anak turun kejalan untuk bekerja adalah norma yang berkembang di masyarakat itu sendiri. Pengambaran masyrakat mengenai kerja, pada masyarakat modern kerja menjadi bersifat ekonomis, dimana bekerja lebih sering diartikan  sebagai aktiovitas seseorang yang bertujuan untuk memperoleh inmbalan uang atau barang nyata lainnya. [2]
Pada anak-anak dari keluarga kurang mampu, gambaran mengenai kerja terbentuk melalui komunikasi, dari hasil komunikasi  maka anak jalanan akan  memiliki suatu penegetahuan sosial mengenai bekerja.
Dari kedua pemaksa utama tindakan tersebutlah anak-anak akan melakukan sebuah pilihan untuk bekerja, seperti yang telah di utarakan  pekerjaan pekerjaan yang mereka lakukan tentunya sesuai denga tingkatan mereka atau sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.


[1] ---.. modul pelatihan pimpinan rumah singgah, direktorat kesejahteraan anak, keluarga dan lanjut usia.(Jakarta. 2000) hal. 25-26.
[2] Lihat : Andriana. (Galuh. http:/kolokiumkpmipb.worpres.com/2009/03/25/ representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan di stasiun kereta api bogor dan terminal baranansiang kota bogor jawa barat.)

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |