Wednesday, November 14, 2012

Gerakan Mahasiswa 1998 dan runtuhnya Orde Baru





Huru hara mei 1998 merupakan peristiwa bersejarah yang telah membawa Indonesia pada babak baru perjalanan bangsa, dimana peristiwa ini  tidak bisa dipisahkan dari rangkaian krisis moneter  yang telah berlangsung sejak juli 1997 di mulai dari Thailand dan menyebar kebeberapa Negara lain termasuk Indonesia dan korea selatan.[1]
Secara historis, peran GM dalam perubahan politik di Indoensia sangatlah besar. Misalnya, perubahan kekuasaan dari rejim Orde Lama ke rejim Orde Baru pada tahun 1965, peran GM sangat besar dalam melegitimasi kekuasaan Sukarno. Begitu pula pada tahun 1998, tanpa kehadiran ribuan GM di gedung MPR/DPR, sangatlah sukar untuk membuat Soeharto mundur dari jabatan presiden. Bahkan, jika dilihat jauh ke belakang, peran GM lah yang membidani lahirnya negara Indonesia. Sebagai misal adalah didirikannya Boedi Oetomo pada 1908, yang meskipun bersifat primordial etnik, organisasi GM pertama di Jawa ini telah berhasil memberikan semangat kepada mahasiswa dan pemuda lainnya untuk bercita-cita merdeka.
Diskusi mengenai GM mahasiswa di Indonesia penuh dengan dinamika, karena selalu mengalami perubahan karakter dan bentuk pada setiap jamannya. Soewarsono (1999: 1) menyebut bahwa sejarah awal Indonesia moderen tentang GM memiliki empat "tonggak", yaitu "angkatan 1908", "angkatan 1928", "angkatan 1945" dan "angkatan 1966". Selanjutnya, Soewarsono menyebut bahwa keempat angkatan tersebut adalah generasi-generasi dalam sebuah "keluarga", yaitu sebuah catatan-catatan prestasi "satu generasi baru" tertentu.
Masing-masing dari keempat angkatan di atas memiliki bentuk dan karakter serta relasi-relasi dengan kelompok yang lain yang khas dibanding angkatan-angkatan yang lain. Namun, tidaklah dapat dikatakan bahwa tiap-tiap angkatan tersebut selalu membawa perubahan dan kemajuan bagi jamannya. Tetapi, tiap-tiap angkatan tersebut dapat pula menjadi pengekor atau epigon yang menerima melalui pewarisan . [2]Dengan demikian, diskusi mengenai GM di Indonesia, tidak selalu berbicara mengenai perubahan yang positif, tetapi juga dapat sebaliknya. Hal ini tergantung dengan konteks situasi dan relasi-relasi yang dibangun oleh GM itu sendiri.
Selain keempat angkatan tersebut, terdapat satu angkatan generasi lagi yang paling mutakhir dan sangat bepengaruh tidak hanya pergantian politik kekuasaan saja, tetapi juga pada proses demokratisasi di Indonesia, yaitu "angkatan 1988". Pada angkatan ini, GM telah berhasil menjatuhkan kekuasaan Presiden Soeharto yang sebelumnya telah berkuasa selama 32 tahun. Selain itu, GM juga mempengaruhi munculnya wacana demokratisasi dan civil society. Meskipun demokrasi dan civil society secara relatif belum sepenuhnya berhasil diterapkan dalam realitas politik di Indonesia, namun peran GM telah menyebabkan proses-proses tersebut dapat dimulai.
Peristiwa penting yang patut dicatat dalam sejarah GM 1998 adalah kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K), Dr. Daoed Joesoef. Nomor: 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Kebijakan ini dianggap telah mematikan GM karena membebani mahasiswa dengan serangkaian kewajiban kuliah dan melarang kegiatan politik di kampus. Pada intinya kebijakan ini adalah menjustifikasi pembubaran dan dihilangkannya organisasi mahasiswa yang selama ini merupakan sarana demokratis mahasiswa berdasarkan prinsip-prinsip pemerintahan mahasiswa .[3] Sebelumnya, lembaga kemahasiswaan merupakan sarana untuk menentang kebijakan pemerintah maupun perguruan tinggi. Dengan dibubarkannya lembaga pemerintahan kampus, pemerintah Orde Baru berharap GM tidak lagi turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi politik.
Dikeluarkannya kebijakan NKK ini merupakan respon pemerintah atas serangkain peristiwa demonstrasi yang dilakukan oleh GM pada tahun 1973-1978. Terutama setelah peristiwa Malapetaka 17 Januari 1974 (Malari 1974), GM diawasi secara ketat.[4] Pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 028/1974 yang dianggap membatasi aktivitas GM.
Antara tahun 1975-976, protes yang dilakukan oleh GM terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru sedikit mereda. Namun, setelah pemilu tahun 1977, gelombang aksi meningkat lagi. Di Jakarta, mahasiswa UI kembali melakukan aksi memprotes pelaksanaan pemilu yang dianggap tidak adil, karena pihak birokrasi dan militer dianggap memihak ke Golkar. Mereka mengganggap tidak sah dan menolak kemenangan Golkar pada pemilu 1977. Aksi serupa juga terjadi di beberapa daerah, misalnya di Bandung, mahasiswa ITB membentuk Gerakan Anti Kebodohan (GAK), di Yogyakarta, mahasiswa UGM mengusung "keranda matinya demokrasi", bahkan di Surabaya, sejumlah mahasiswa terlibat bentrok dengan aparat keamanan.
Pada akhir tahun 1980-an, GM ditandai dengan tumbuhnya komite-komite rakyat yang menjadi bentuk organ dan jaringannya. Antar kelompok GM di berbagai kota saling berkomunikasi dan saling mengunjungi untuk membangun solidaritas. Salah satu bentuk solidaritas adalah bentuk aksi dukungan suatu kelompok GM terhadap aktivitas yang dilakukan kelompok GM di kota lain. Mereka ini selalu sharing mengenai isu-isu sosial dan politik paling mutakhir. Pola-pola semacam ini terus dikembangkan di beberapa wilayah. Mereka semakin memperkuat jaringan dan solidaritas tidak hanya antar universitas di dalam kota, tetapi juga antar kota. Krisis ekonomi yang menghantam di Indonesia dan beberapa negara Asia telah menjadi momen yang penting bagi munculnya GM turun ke jalanan. Dan disisi lain kelompok GM yang baru seperti Forkot, dan kelompok mahasiswa ekstra kampus semakin aktif turun ke jalan menuntut perbaikan ekonomi dan pergantian kekuasaan. Mereka ini secara maraton dari pertengahan 1997 hingga Mei 1998 terus menerus melakukan aksi demonstrasi di berbagai kota.[5]
Gabai kan efek bola salju, aktivis-aktivis mahasiswa Kota Malang juga tidak mau ketinggalan dengan rekan-rekannya di Jakarta, Yogyakarta, Medan, Ujung Pandang, Surabaya dan kota-kota besar lainnya, untuk mempelopori perubahan di banyak bidang khususnya sosial politik. Sebagai dampak dari aktivitas gerakan mahasiswa tahun 1998 tersebut, di Kota Malang telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam internal dunia mahasiswa sendiri maupun di ranah sosial politik tataran local bahkan nasional. [6]
Pada  tahun 1993 dalam aksi demonstrasi yang diadakan oleh FAMI ( Front Aksi Mahasiswa Indonesia ) di Jakarta ada seorang aktivis mahasiswa Malang yang ikut ditangkap dan dipenjara bersama dengan 20 aktivis yang lainnya, dengan tuduhan makar kepada penguasa Orde Baru. Pada tahun 1990-an kelompok studi lebih diminati daripada organisasi intra kampus karena wajah politik lebih kental dan tajam. Di kamar kost-kostan aktivis mahasiswa banyak terpampang bendera atau symbol organisasi pergerakan. Masyarakat Malang juga mendukung secara moral maupun logistik terhadap aktivitas gerakan mahasiswa.[7]
Namun patut dicatat bahwa momentum ini sempat ditunggangi oleh gerakan mahasiswa yang membawa isu kemerdekaan lokal seperti kelompok pro Fretilin Timor- Timur yang menginginkan kemerdekaan Timor Leste dan kelompok pro Organisasi Papua Merdeka dengan simbol Bintang Kejora, mengingat di Malang memiliki banyak mahasiswa yang berasal dari Indonesia bagian Timur. Pada tahun 1997 terjadi beberapa kali aksi demonstrasi mahasiswa. Diantaranya adalah aksi anti Amerika dan aksi memperingati hari Pahlawan 10 Nopember yang diikuti oleh ribuan orang di ruas jalan  Veteran selatan Taman Makam Pahlawan.[8]
Pada perkembangan berikutnya gerakan gerakan mahasiswa mulai mengalami perpecahan karena jalan yang mereka tempuh bersimpangan antara satu dengan yang lain.Berikut ini daftar kelompok GM yang dikategorikan sebagai GKOB dan GAOB :
Kelompok aksi yang dapat dikategorikan ke dalam GKOB adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Kelompok ini merupakan produk Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) X di Universitas Muhammadiyah Malang pada 29 Maret 1998. Pertemuan yang dihadiri oleh sekitar 200 aktivis masjid kampus tersebut telah menghasilkan "Deklarasi Malang". Meskipun aktivitas gerakannya telah dimulai sebelumnya, namun peresmian sebagai organisasi massa formal, baru diputuskan pada 1-4 Oktober 1998.
Menurut aktivis Fahri Hamzah, kelahiran KAMMI ini diilhami keberadaan GM tahun 1966, yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).Sebagian besar aktivis KAMMI ini berlatar belakang aktivis LDK yang berasal dari organisasi massa besar seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kelompok ini membentuk basis-basis gerakan di beberapa universitas besar seperti UI, UGM, ITB, IPB, Unair, Undip dan lain-lain. Dalam setiap aksinya, baik yang ada di kota Jakarta, Yogyakarta, Malang dan Surabaya, KAMMI mampu menghadirkan massa yang cukup banyak.
Orientasi KAMMI adalah reformasi politik dan ekonomi yang dilandasi moral dan ahlak. Namun, kelompok ini tidak secara tegas menyatakan ingin mengganti rejim kekuasaan. "Tujuan gerakan KAMMI adalah memastikan adanya perubahan yang bermanfaat bagi umat Islam dan dalam jangka panjang berupaya membentuk forum yang mapan".[9] KAMMI mengganggap bahwa dialog merupakan saran yang efektif untuk menghindari anggapan bahwa KAMMI adalah kelompok yang fundamentalis.[10]
Sedangkan untuk gerakan mahasiswa yang masuk kelompok GAOB  :
1. Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI)
2. Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND)
3. Forum Komunitas Mahasiswa se-Jabotabek (FKMsJ/Forum Kota)
4. Front Nasional dan Pusat Infromasi dan Jaringan Aksi untuk Reformasi (PIJAR)
5. Majelis Penyelamatan Organisasi (MPO) HMI
Secara lebih rinci gerakan gerakan mahasiswa yang bermunculan di kota Malang adalah sebagai berikut :
1. Forum Studi Ekonomi Politik ( Forstep )

Menurut Dardiri, Forstep merupakan wadah berkumpul aktivis mahasiswa Yang berlatar belakang GMNI, PMII, PII, dan aktivis lainnya yang dideklarasikan pada tahun 1996. Pada angkatan pertama forum yang bermarkas di Jl Pisang Kipas 65 Malang ini diinisiasi oleh Sumrambah, Dardiri, Subhan, Abdul Hamid, Joko, Fadilah Putra, Aris Bangkong, Handoko, Rudi, Dedi Tumo dan lain-lain. Pada generasi berikutnya digawangi oleh Lutfi Bahtiar, Setyono, Yahya, Ni’mah dan Andik. Forstep merupakan forum diskusi yang menjadi salah satu dapur gerakan mahasiswa di Malang.[11]

2. Forum Komunikasi Mahasiswa Malang ( FKMM )

Adalah forum komunikasi yang melibatkan aktivis mahasiswa dari semua kampus di Malang seperti ITN, Unibraw, Unisma, Unmuh, Uniga, dan IKIP Negeri Malang. Digawangi oleh Joko Gundul, Farid, Meizir, Kasiyaman, Teguh, Nana, Basuki, Daker, Wating, Den Hoo, Badrus dan lain-lain.FKMM aktif dalam memprakarsai aksi-aksi demonstrasi pada tahun 1997 dan 1998. pada akhirnya organisasi ini melebur dengan organisasi-organisasi senafas yang lain dan membentuk organisasi nasional bernama Front Perjuangan Pemuda Indonesia 60 (FPPI).[12]
3. Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi ( FKSMPT )

Muhamad Ali Akbar ( Koordinator Senat Mahasiswa se Malang tahun 1998 ) dalam wawancara pada 16 Mei 2009 menjelaskan bahwa FKSMPT adalah wadah pergerakan semua elemen Senat Mahasiswa se Malang, diantaranya adalah : ITN, Unibraw, Unmuh, IKIP Negeri Malang, Unmer, IAIN, Unisma, STIBA, UWG, Uniga, STTM, STIEKN Jayanegara, ISTP, STIE Malangkucecwara / ABM dan lain-lain. Menurutnya elemen gerakan di Malang ada 4 yaitu gerakan mahasiswa, gerakan kaum intelektual menengah, gerakan LSM dan gerakan Ormas. Untuk gerakan mahasiswa terpolarisasi menjadi beberapa bentuk, akan tetapi seringkali bertemu dalam program aksi di lapangan. FKSMPT bermarkas di jalan Bendungan Sempor IIIA serta mengadakan konsolidasi di kantor senat IKIP, Unibraw, ITN, Unmuh, dan Uniga. Jargon daripada FKSMPT adalah : ”Polisi adalah lawan dalam setiap aksi” serta ”Masyarakat saat ini sudah mati dan beku dalam gundukan es kekuasaan yang represif ”. Aktor gerakan dari FKSMPT diantaranya adalah Julio Thomas Pinto, ketua umum senat mahasiswa Unmuh yang berasal dari kader IMM. Sekarang menjadi menteri pertahanan Timor Leste.[13]

4. Komite Mahasiswa Malang (KMM)

Menurut Ratmoko dalam wawancara pada tanggal 15 Mei 2009, elemen gerakan yang massif pada tahun 1998 adalah Komite Mahasiswa Malang (KMM), yaitu wadah pergerakan mahasiswa Malang lintas kampus yang bermarkas di Universitas Widyakarya. Mayoritas anggotanya berasal dari mahasiswa Universitas MuhamadiyahMalang.
Mulai bulan April 1998 KMM sering menggelar aksi massa menuntut reformasi dan turunnya Soeharto dari kursi Presiden. Sejak tanggal 14 – 20 Mei 1998 aktivis KMM setiap hari menggelar aksi heroik di depan kampus Widyakarya. KMM merupakan gabungan dari beberapa komite mahasiswa ditingkat kampus seperti komite mahasiswa Universitas Gajayana, Komite Mahasiswa Universitas Widyagama, Komite Mahasiswa Universitas Widyakarya, Komite Mahasiswa Cipta Wacana, Komite Mahasiwa Malang Kucecwara di STIKEN Jayanegara, dll. Dalam setiap aksinya KMM membawa isu nasional seperti tuntutan mencabut Dwifungsi ABRI, Turunkan Soeharto dan Cabut Lima Paket UU Politik. Target aksi KMM seringkali mendatangi Makorem dan Makodim selain balai kota Malang dan gedung DPRD kota Malang.[14]
Pada awal 1998 di Malang telah ditetapkan jam malam untuk menjaga ketertiban masyarakat (bahasa lain membungkam gerakan mahasiswa). Semua tempat dan instalasi strategis dijaga ketat oleh aparat keamanan, termasuk pusat-pusat perbelanjaan dan rumah ibadah. Semua sayap ABRI dikerahkan untuk siaga dalam menghadapi aksi gerakan mahasiswa. Pada saat menjelang tahun 1998 terjadi kesepakatan antara elemen gerakan mahasiswa dengan aparat kepolisian yaitu :
·         tidak ada kerusuhan dan kriminalitas politik di wilayah Malang Raya
·         semua aktivis tidak ada yang ditahan lebih dari 2 hari
·         pada saat aksi aktivis tidak akan melempar aparat dengan batu
·         kelompok mahasiswa anti NKRI dipersilahkan untuk ditangkap jika sewaktu waktu aksi. [15]

Pada tanggal 20 Mei 1998 memperingati Hari Kebangkitan Nasional terjadi aksi massa yang diikuti oleh ribuan orang di stadion luar Gajayana. Aksi massa yang melibatkan seluruh elemen mahasiswa dari berbagai kampus di Malang ini bergabung dengan elemen masyarakat yang lainnya termasuk massa pendukung Partai Demokrasi Indonesia ( PDI ) Pro Megawati Sukarnoputri. Elemen mahasiswa yang terlibat dalam aksi ini adalah Komite Mahasiswa Malang (KMM) dan Gempar ( berbasis kuat di Unisma ) serta elemen-elemen gerakan dari segenap kampus yang ada di Malang.[16]
Selain di stadion luar Gajayana, aksi pada tanggal 20 Mei 1998 juga berlangsung di bunderan veteran. Aksi ini diikuti oleh sekitar 15.000 mahasiswa, massa meluber mulai dari depan kampus ITN hingga Taman Makam Pahlawan belakang kampus IKIP Malang. Keesokan harinya padam tanggal 21 Mei 1998 aksi demonstrasi digelar di tempat yang sama. Sekitar 100 orang aktivis sudah terlihat berkepala plontos alias cukur gundul, mengingat detik-detik kejatuhan Soeharto sudah semakin dekat. Setelah Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di televisi, massa mahasiswa langsung long march dari bunderan veteran ke Taman Makam Pahlawan Suropati.[17]


[1] Zon, fadli. Politik huru-hara mei 1998.(Jakarta : IPS. 2004). Hal. 1
[2] Soewarsono, "Prolog: Gerakan Mahasiswa 1998", dalam Widjojo, Muridan S. (et.al), 1999, Penakluk Rezim Orde Baru, Gerakan Mahasiswa '98, Jakarta: Sinar Harapan, h. 1-16
[3] Harahap, Muchtar E dan Basril, Andris, 1999, Gerakan Mahasiswa dalam Politik Indonesia, Jakarta: NSEAS
[4] Peristiwa Malari 1974 bermula dari aksi mahasiswa menolak kedatangan Perdana Menteri Jepang Tanaka sebagai simbol untuk menentang investasi modal asing. Namun peristiwa tersebut akhirnya berubah menjadi kerusuhan yang telah menyebabkan 9 orang meninggal, 23 orang terluka dan beberapa banguan termasuk pasar Senen terbakar. Dari peristiwa tersebut, pihak keamanan telah menahan 700 orang dan 45 diantaranya diajukan ke pengadilan. Pada saat yang sama, pemerintahan membredel beberapa koran yang telah memberitakan peristiwa tersebut (Sanit, 1999: 53-54).
[5] Lihat : http // mashudi.blogdrive.com/genesis gerakan mahasiswa 1998.
[6] Sumarsono, Cokro, Wibowo. 2009. Dinamika Gerakan Mahasiswa : Studi Kasus Gerakan Mahasiswa di Kota Malang Pada Tahun 1998. Skripsi, Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Hal. 2
[7] Ibid.,
[8] Ibid.,
[9] Widjojo, Muridan S. (et.al), 1999, Penakluk Rezim Orde Baru, Gerakan Mahasiswa '98, Jakarta: Sinar Harapan. Hal 366
[10] Lihat : http // mashudi.blogdrive.com/genesis gerakan mahasiswa 1998.
[11] Sumarsono, Cokro, Wibowo, op.cit. hal 59
[12] Ibid.,
[13] Sumarsono, Cokro, Wibowo, op.cit. hal 62

[14] Sumarsono, Cokro, Wibowo, op.cit. hal 64-65
[15] Ibid. hal. 70
[16] Ibid. hal 75
[17] Sumarsono, Cokro, Wibowo, op.cit. hal 76


Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

1 komentar:

Unknown on March 1, 2016 at 5:23 AM said...

terimakasih sangat membantu :)

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |