Wednesday, November 14, 2012

kritik terhadap pendirian Leopold von ranke




Proses penulisan sejarah atau historiografi mengalami dinamisasi Salah satu fase tersebut ialah fase Modern. Fase modern ini sangat jauh berbeda dengan fase-fase sebelumya. Seperti penulisan sejarah yang ditulis oleh Herodotus terdapat cerita yang mengandung mitos, sedangkan pada masa Tuchydides unsur mitos dalam penulisan sejarah dikurangi bahkan dihilangkan. Metode-metode yang dikembangkan selanjutnya mengalami perubahan. Sebut saja Leopold Von Ranke seorang sejarawan yang berdiam di Jerman disebut-sebut sebagai Bapak Sejarah Kritis Modern. Ranke memperkenalkan metode baru yaitu metode kritik sumber, ia menginginkan sejarah tidak hanya menjadi sebatas cerita, melainkan menjadi kebenaran-kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.[1]

Metode Ranke diidentifikasi dengan beberapa slogan dan injunction, sejarah terutama adalah studi tentang politik dan kebijakan luar negeri. Metode yang ia kembangkan ialah metode sejarah kritis. Hal itu sebagai bukti ketidakpuasan dengan apa yang dianggap sebagai buku sejarah yang hanya kumpulan fakta disatukan oleh sejarawan modern. Ranke menunjukan sedikit minat dalam pekerjaan sejarah modern sehingga ia memutuskan untuk menolak segala gambaran yang bersifat khayalan dalam karya-karya sejarah, ia hanya percaya pada fakta-fakta sejarah. Inilah yang membedakan penulisan sejarah ala Von Ranke dengan para pendahulunya. Titik berat yang dijadikan pegangannya ialah fakta-fakta sejarah. Ia bersandar pada tradisi dari filologi, akan tetapi penekanannya hanya terhadap dokumen biasa dan sastra alam. Sejarah yang ia sajikan berdasarkan pada kenyataan yang benar-benar terjadi lebih menarik daripada sejarah yang diromantisir. Oleh karena itu, ia menolak khayalan-khayalan dalam karya sejarah. Dalam melakukan penelitian dan penulisan sejarah, ia selalu berpatokan pada mottonya, “wat ist eigenlig geschicte” (apa yang sesungguhnya terjadi). Hanya dengan cara itulah maka kebenran dapat terungkap dengan jelas. Ranke banyak dipengaruhi oleh filsuf idealis terutama Fichte (1762-1814). Pandangan religius Ranke membuat dekat dengan pencarian para idealis untuk mengetahui dunia melalui ide-ide keTuhanan. Dari posisi inilah ia mendekati sejarah sebagai prinsip studinya. Sebab, menurutnya melalui perjalanan waktulah ide-ide Tuhan akan tampak. Konsepsinya tentang aktifitas kesejarahan dipertajam oleh kritisisme filologis klasik yang mengajarinya kritisisme tekstual dan membiasakannya untuk mencari sumber-sumber primer. Sebuah model yang mempengaruhinya ialah Roman History-nya Barthold George Niebuhr (1776-1831), yang meyakinkannya bahwa sebuah karya sejarah merupakan sebuah usaha literer yang berguna. Metode yang ia kembangkan menghantarkannya menjadi Bapak Sejarah Kritik Modern. Ia merancang formula metodologis khusus untuk pengujian sumber sejarah, yaitu kritik ekstern (otentisitas atau keaslian sumber) dan kritik intern (kredibilitas atau kebiasaan dipercayai) . Kritik sumber yang ia tonjolkan disebagian besar karyanya merupakan bukti bahwa sejarah bukan cerita semata, ia mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan sekitar memorialis sebagai pengamat dari tindakan yang ia uraikan. Ranke tampaknya bermaksud merubah sejarah kedalam suatu keilmuan rigorous (keilmuan yang menuntut aturan-aturan, proses-proses dan lain-lain yang harus diikuti dengan ketat yang dipraktikkan oleh sejarawan-sejarawan profesional) .[2]
Seorang pengkritik narativisme, sejarawan Amerika Harvey Robinson, mengatakan bahwa dengan cara yang dipakainya itu narativisme hanya mengungkap permukaan, tetapi tidak mengungkap yang di bawah realitas, dan tidak dapat memahami perilaku manusia. Sementara sejarawan Amerika lainnya, Carl L. Becker, memandang bahwa sejarah obyektif seperti yang disarankan Ranke, tidak mungkin dapat ditulis oleh karena adanya psikologi yang mempengaruhi si penulis. Kritikan juga datang dari beberapa sejarawan Perancis yang tergabung dalam mazhab Annales. Kelompok ini mengkritik tajam para sejarawan tradisional yang selalu menempatkan peristiwa dan tokoh sebagai fokus utamanya. Lewat jurnalnya, Annales d’histoire Ä•conomique et sociale, mereka mengajukan sebuah pendekatan baru di mana peristiwa dan tokoh tidak lagi menjadi fokus utama dalam penulisan sejarah. Mereka menginginkan sejarah yang lebih manusiawi dan lebih luas dari sekadar sejarah tokoh dan politik. Pendekatan ini kemudian dikenal dengan strukturalisme.[3]
Para pengikut strukturalisme sejarah tidak terlalu menganggap penting tokoh—meski tidak menegasikannya. Bagi mereka, struktur yang berperan dalam perubahan. Struktur dianggap berperan dalam menentukan tindakan seseorang. Tokoh bukanlah satu-satunya faktor determinan dalam perubahan. Maka tidak heran jika dalam karya strukturalis, kita akan jarang sekali menemukan nama-nama tokoh. Pendekatan ini juga menekankan bahwa perubahan terjadi karena masuknya unsur asing dalam struktur. Strukturalisme juga lebih menekankan analisis daripada deskripsi. Oleh karena itu, kronologis sebuah peristiwa tidak terlalu mendapat perhatian penting dalam pendekatan ini. Bagaimana terjadinya perubahan pada sturkturlah yang menjadi fokus dalam pendekatan ini. Perubahan dalam struktur itu yang coba dianalisis. Karena struktur mengandung kompleksitas seperti agama, ekonomi, budaya, ideologi, dan sebagainya, maka untuk menulis sejarah dengan pendekatan ini memerlukan bantuan ilmu lain, terutama sosiologi, antropologi, dan ekonomi sebagai alat bantu analisis. Pengaruh pendekatan ini kemudian sampai di Indonesia. Adalah Sartono Kartodirjo yang mengembangkan pendekatan ini di Indonesia. Sartono memandang pendekatan ini dapat mengungkap berbagai sisi dalam sejarah Indonesia yang tidak terungkap seperti identitas nasional. Ia mengajukan penulisan sejarah dengan pendekatan multidimensional, yaitu mengawinkan cara kerja ilmu sosial dengan metodologi sejarah.


[1] Rahmi, Syamsul .Sejarah.(diakses 16 desember 2010. http // my.opera.com/syamsulrahmi/archive /monthly/?day=20101126.
[2] Syamsul. rahmi
[3]  Tri Hanggoro, Hendaru. 2008. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Strukturis. (diakses 16 desember 2010. http://sejarahmerahui.blog.friendster.com/ )

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |