Model
evolusi digunakan untuk menunjukkan jenis
penullisan yang menunjukan jenis penulisan yang melukiskan perkembangan sebuah
masyarakat itu berdiri sampai menjadi sebuah masyarakat yang kompleks. Tentu
saja model ini hanya dpat diterapkan
pada bahan kajian yang memang mencoba mengkaji masyarakat dari permulaan
berdiri, yaitu jika sumber sejarahnya memungkinkan untuk penulisannya.
Salah
satu contoh tulisan model evolusi adalah sejarah kota dedham dimana dia
menggambarkan sebuah kota new enggland dimana tempat para imigran dari eropa
dating ke amerika digambarkan pada mulanya berupa sebuah utopian commune
. dimana kota kota tersebut masih sangat muda dan lembaga lembaga masih
sederhana, kehidupan masyarakatnya terpusat pada kegiatan keagamaan dan
kegiatan politik yang bersifat komunal. Masyarakat komunal tersebut kemudian
mengalami kemunduran dengan adanya kekuatan sejarah baru yang masuk berupa
kegiatan komersial dan industry yang kemudian membuat dendham menjadi pinggir
kota boston yang berkembang. Pusat keagamaan bukan lagi menjadi prioritas
utama, sebab kota sudah menggantikan desa. Kehidupan komunal digantikan oleh kehidupan
egalitalian dan penyimpangan politik. Proses ini terjadi sekitar 1646-1686
selama lima puluh tahun dari kehidupan kota kecil.[1]
Gambar
diatas menunjukkan bahwa semakin jauh
waktu berjalan, semakin kompleks kehidupan masyarakat, begitu pula dengan
kehidupan sosial masyarakat yang ada didalamnya. Sekalipun untuk sebuah kota
atau kehidupan social masyarakat di indonesia penulisan dengan model ini dapat
dilakukan namun hal itu bukan pekerjaan
yang mudah.[2]
Model
komparatif . jika diperhatikan dari segi formal,
maka suatu perbandingan akan menonjolkan kemiripan dan akhirnya akan sampai
pada generalisasi, sebagao contoh sebuah perbandingan sejarah pemberontakan
petani banten sebagai gerakan sosial.
Dapat diidentifikasi antara lain soal
ideology, kepemimpinan, pengikut, mobilisasi, struktur organisasi, benturan
dengan penguasa. Dari perbandingan perbandingan itu dapat ditemukan
·
adanya ideology,
seperti mesianisme, perang jihad, dll
·
otoritas pemimpin yang
kharismatic
·
hubungan patron client
·
konfontrasi dengan
penguasa yang berakhir secara tragis[3]
model
ini bisa merupakan sebuah kumpulan dari
lukisan sinkronis yang diurutkan dalam kronologis sehingga nampak perkembanganya,
model ini dapat kita conthkan misalnya, ketika mendapat keterangan dari suatu
zaman pada periode tertentu mengenai sebuah masyarakat, kebetulan ada
keterangan mayarakat itu pada periode yang lain, sehingga ada urutan kronologis
yang tidak sempurna namun menunjukan diakronisme.[4]
Atau
juga bisa kita gambarkan ketika kita akanmeneliti sebuah peristiwa sejarah
social pada masa lalu, karena kurang tersedia nya sumber sejarah maka, kita
mencoba membandingkan perkembangan sebuah masyarakat yang akan kita teliti
dengan perkembangan masyarakat yang ada ditempat lain dengan tetap menyertakan sisi
temporal didalamnya.
Ruang sosial
|
|
|||||||
|
|
|||||||
Waktu
Gambar
: model komparatif
Perhatian
Durkheim tertuju pada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa yang
membuat masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan primitif atau modern. Ia
menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial
non-material, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama, atau oleh apa
yang ia sebut sebagai kesadaran kolektif yang kuat. Tetapi, karena kompleksitas
masyarakat modern, kekuatan kesadaran kolektif itu telah menurun. Menurutnya,
pembagian kerja dalam masyarakat modern menimbulkan beberapa patologi. Dengan
kata lain, pembagian kerja bukanlah metode yang memadai dan dapat membatu
menyatukan masyarakat. Kecenderungan sosiologi konservatif Durkheim terlihat
ketika ia menganggap revolusi dari Marx tidak diperlukan untuk menyelesaikan
masalah. Menurut Durkheim, berbagai reformasi dapat memperbaiki dan menjaga
sistem sosial modern agar tetap berfungsi. Meskipun ia mengakui bahwa tak
mungkin kembali ke masa lalu, dimana kesadaran kolektif masih menonjol, namun
ia menganggap bahwa dalam masyarakat modern moralitas bersama dapat diperkuat
(Durkheim, 1964)[5]
Pelaksanaan
Revolusi Hijau di Negara berkembang termasuk
Indonesia dimulai sekitar tahun 1960-an. Hasil dari Revolusi hijau itu
mengagumkan. Persoalan yang patut dikedepankan kemudian adalah bagaimana dampak
sosial dari pelaksanaan program tersebut setelah lebih dari 20 tahun Revolusi
Hijau, suatu istilah yang mulai kita kenal di Indonesia sejak tahun 1960-an, sebebarnya
mengacu kepada program intensifikasi pertanian tanaman pangan. Program ini
mengantarkan beberapa teknologi baru dalam teknik pertan ian (agronomi)sejak
1960-an ditewrapkan secara meluas di Negara-negara berkembang, khususnya
dibenua Amerika latin dan kemudian di benua Asia. Di Indonesia sendiri
sebenarnya program intensifikasi demikian sudah mulai dicoba sebelum Indonesia
merdeka pada tahun 1973, sewaktu pemerintah jajahan Hindia Belanda mengantarkan
Verbeterde Cultuur Technieken.
Revolusi
adalah suatu istilah yang mengacu kepada perubahan serentak tingkat tanaman
(hijau) pangan seperti jagung, gandum, dan padi. Karena pada awal Revolusi
Hijau belum jelas keliatan bagaimana dampak sosial program tersdebut, maka ada
baiknya mengutip Clifton Wharton (1969) yang menuliskan karangan berjudul “The
Green Revolution: Cornucopia or Pandora’s Box”, istilah ini mengacu kepada
suatu pengertian (kotak Pandora) yang mengandung ketidakpastian, segala sesuatu
bias keluar atau muncul dari kotak Pandora tersebut.
Sejak
tahun 1963-1964 progarm Swa Sembada Bahan Makanan (SSBM) sebenarnya
diintensifkan dengan pendekatan Bimbingan Massal (BIMAS) yang dikembangkan dan
dterapkan oleh staf pengajar dan mahasiswa Fakultas Pertanian IPB di daerah
Karawang. Dalam beberapa tahun saja, luas areal kemudian bertambah dengan hasil
panen kwintal perhektar yang cukup menyakinkan. Hasil yang cukup menggiurkan
tersebut mengantarkan rakyat Indonesia pada babak baru pertanian.
Dalam
melihat fenomena terjadi revolusi hijau di nusantara, dengan menggunakan model
evolusi maka hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah meneliti awal mula
kehidupan masyarakat sebelum mengenal
revolusi hijau. Sebelum masyarakat indoneisa mengenal kehidupan pupuk kimia dan
obat obatan, mereka menyuburkan dengan pupuk kandang, kemudian berlanjut kepada
pengenal pupuk dan obat obatan kimia, dari sisni dapat digali sikap masyarakat
Indonesia terhadap barang baru tersebut, lalu penggunaan, dan hasilnya dari
penggunaan bahan bahan tersebut, mungkin seperti itulah gambaran penulisan
model evolusi dalam menuliskan terjadinya revolusi hijau diindonesi.
Sedangkan
dari sudut model komparasi, kita bisa lakukan dengan membandingkan respon
masyrakat pada awal penyuluhan hingga akhir masa revolusi hijau dimasing masing
daerah, baik itu dengan kajian membandingkan dengan luar negeri atau dengan
membandingkan hasil dan dampak revolusi hijau dimasing masing daerah di
Indonesia untuk memperoleh gambaran tentang revolusi hijau
[1] Kuntowijoyo.1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Tiara
wacana yogja.. hal 39-40
[2] Kuntowijoyo.op.cit
[3] Kartodirjo, sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dam Metodologi
Sejarah. Jakarta : gramedia
[4] Ibid. hal 44
[5] Kurniawan, Hendra,. Op cit
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.