Wednesday, November 14, 2012

perbandingan antara pendekatan Durkheimian dan Marxian dalam menyusun sejarah social.




A. Marx:
Jika  dalam materialisme dialektis Marx lebih berbicara mengenai hukum perkembangan yang berlaku dalam dunia, maka dalam materialisme historis  marx lebih berbicara mengenai siapa penentu arah perkembangan  sejarah. Berkaitan dengan itu, Engels menyebut teori Marx tentang masyarakat dengan istilah "materialisme historis".
yang menekankan pentingnya aspek ekonomi dalam kehidupan. Pandangan materialisme historis merupakan dasar klaim Marx bahwa sosialismenya adalah ilmiyah . marx merasa telah menghilangkan  segala kesewenangan dan unsur kebetulan  sebagai factor penentu sejarah, karena ia menghilangkan kebebasan kehendak manusia sebagai factor perubahan masyarakat yang relevan, yang akhirnya akan ditentukan  oleh faktor objektif, yaitu tenaga-tenaga produksi.[1]Menurut Marx, kondisi teknologi produksi, dan pertukaran barang (kekuatan produksi) bersama-sama dengan sistem pemilikan pribadi (relasi­ relasi produksi), menentukan dasar pembagian masyarakat ke dalam dua kelas, dan menentukan pula dasar-dasar pemerintahan, agama, serta kebudayaan masyarakat. Karena itu, Marxisme boleh dikata menganut determinisme ekonomi. Marx menyatakan bahwa, situasi ekonomi mendasari pembentukan sistem sosial, politik, hukum, dan lembaga-lembaga keagamaan.[2]
Superstruktur masing-masing masyarakat, mengembangkan apa yang disebut sebagai "ideologi", seperangkat keyakinan resmi atau doktrin agama yang membenarkan eksistensi kelas yang berkuasa. Marx juga pemah mengartikan ideologi sebagai "a false conscious­ness", dengan kata lain sebuah pandangan dunia yang terdistorsi oleh kepentingan kelas penghisap, dan dibangun untuk menjustifikasi kepentingan kelas tersebut. Dalam Marx memahami sejarah perkembangan masyarakat, dan negara. Menurut Marx, pada mulanya dalam kehidupan komunal di mana alat-alat produksi dimiliki bersama (primitive communism), penghisapan manusia oleh manusia (exploitation l'home par l'home) tidak terjadi. Tidak ada pembagian kelas, karena itu tidak ada penindasan. Dalam masyarakat tidak ada yang namanya.kekuasaan. Karena itu, negara tidak diperlukan. [3]
Dalam tulisn karl Marx mengenai sejarah  perkembangan masya­rakat, yaitu sejarah kemanusiaan yang berubah dari satu formasi sosial ekonomi ke formasi yang lebih baru. Diamana didalamnya terjadi lompatan lompatan yang cukup revolusioner, berikut ini mengenai Tahap perkembangan sejarah kemanusiaan:
1.      Pertama, masyarakat komunal primitif yaitu tahap masyarakat yang memakai alat-alat bekerja yang sifatnya sangat sederhana. Alat produksi itu bukan milik pribadi (perseorangan), tetapi menjadi milik komunal
2.      Kedua, masyarakat perbudakan (slavery), ter­cipta berkat hubungan produksi antara orang-­orang yang memiliki alat-alat produksi dengan orang yang hanya memiliki tenaga kerja
3.      Ketiga, tingkat perkembangan masyarakat feodal bermula setelah runtuhnya masyarakat per­budakan. Masyarakat baru ini ditandai dengan pertentangan yang muncul di dalamnya. Pemilik­an alat produksi terpusat pada kaum bangsawan, khususnya pemilik tanah
4.      Keempat, masyarakat kapitalis, seperti telah disebutkan menghendaki kebebasan dalam mekanisme perekonomian. Hubungan produksi dalam sistem  didasarkan pada pemilikan indi­vidual (private ownership) masing-masing orang terhadap alat-alat produksi
5.      Kelima, masyarakat sosialis - yang dipahami sebagai formulasi terakhir dari lima tahap per­kembangan sejarah Marx .adalah masyarakat dengan sistem pemilikan produksi yang disandar­kan atas hak milik sosial (social ownership).
Teori Marx merupakan suatu teori yang terutama berhubungan dengan tingkat struktur sosial tentang kenyataan sosial. Teori ini menekankan pada saling ketergantungan yang tinggi antara struktur sosial dan kondisi materil, dimana individu harus menyesuaikan dirinya supaya tetap hidup dan memenuhi pelbagai kebutuhannya. Penekanan Marx pada penyesuaikan diri dengan lingkungan materil serta sumber-sumber yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia, merupakan satu catatan yang penting mengenai realisme praktis dalam analisa teoritisnya. Menurut Marx, hubungan antara individu dan lingkungan materilnya dijembatani melalui struktur ekonomi masyarakat. Struktur internal ekonomi itu terdiri dari kelas-kelas sosial yang muncul dari perbedaan dalam kesempatan untuk memiliki alat produksi serta ketidaksesuaian yang dihasilkannya dalam kepentingan ekonomi.
Meskipun pendekatan teoritis Marx secara keseluruhan dapat diterapkan pada tahap sejarah apapun, namun perhatian utamanya adalah pada tahap masyarakat kapitalis. Pandangan Marx mengenai hubungan antara kegiatan manusia dan produk kegiatannya merupakan suatu elemen penting dalam pendekatan masa kini. Penekanan Marx pada bagaimana ideologi an aspek lainnya dalam kebudayaan memperkuat struktur sosial an struktur ekonomi, dengan memberikan legitimasi pada kelompok-kelompok yang dominan, merupakan satu proposisi penting yang ditekankan dalam bidang sosiologi pengetahuan pada masa kini. Untuk itu, ideologi-ideologi dikembangkan dan digunakan untuk melindungi atau meningkatkan kepentingan pelbagai kelompok dalam masyarakat.[4]
Menurut  Johnson( 1986),Teori aliansi Marx didasarkan pada kenyataan obyektif yang diciptakan oleh manusia, lalu mengkonfrontasikan manusia yang menciptakannya itu sebagai satu kenyataan yang asing dan membatasi serta mengikat tindakan selanjutnya. Pendekatan-pendekatan sosiologi masa kini yang berhubungan dengan sosiologi humanistis atau sosiologi kritis, banyak mengambil dari teori aliensi Marx dalam usaha mereka untuk menciptakan suatu perspektif sosiologis yang berpusat di sekitar kebutuhan dan kemampuan manusia, dan yang dapat digunakan untuk mengkritik struktur sosial yang memperbudak, merendahkan martabat, atau mencegah perkembangan manusia seutuhnya. Dalam seluruh penilaian kita mengenai perspektif teoritis Marx, penting untuk dicatat bahwa Marx bukanlah seorang akademisi yang obyektif, melainkan sebagai seorang aktivis politik yang sangat terlibat. Karena itulah, secara langsung Marx mengalami konflik dengan struktur kekuasaan politik dan berada dalam situasi ekonomi yang tidak menentu. Pola karir dan gaya hidup yang berhubungan dengan itu, pasti ikut menentukan apa yang Marx lihat sebagai sifat utama yang penting dari kenyataan sosial itu.[5]
Menurut Marx terdapat 3 tema menarik ketika kita hendak mempelajari perubahan sosial, yaitu :
1. Perubahan sosial menekankan pada kondisi materialis yang berpusat pada perubahan cara atau teknik produksi material sebagai sumber perubahan sosial budaya.
2. Perubahan sosial utama adalah kondisi material dan cara produksi dan hubungan sosial serta norma-norma kepemilikan.
3. Manusia menciptakan sejarah materialnya sendiri, selama ini mereka berjuang menghadapi lingkungan materialnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam proses pembentukannya. Kemampuan manusia untuk membentuk sejarahnya sendiri dibatasi oleh keadaan lingkungan material dan sosial yang telah ada
B. Durkheim:
durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi penting dan kemudian  diuji melalui studi empiris. Dalam The Rules of Sociological Methods (1895) durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang dia sebut fakta-fakta social. Dia membayangkan fakto sisal sebagai kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Dan dalam bukunya yang berjudul suicide durkheim berpendapat bahwa bila dirinya dapat menghubungkan  perilaku individu seperti bunuh diri dengan sebab sebab social.[6]
. Hal ini sangat jelas terlihat dalam asumsi-asumsi metodologis yang diterapkan dalam buku-buku tersebut. Keduanya berada dalam konteks pikiran Durkheim sendiri dan dalam kerangka kerja yang pada umumnya adalah mengenai persoalan-persoalan etika sosial. Analisis Durkheim dalam Suicide didasarkan pada karya penulis-penulis seperti itu, akan tetapi juga sebagai titik tolak dari kesimpulan-kesimpulan umum mengenai tata moral dari bermacam bentuk asyarakat yang berlainan, sebagaimana yang dikemukakan dalam The Division of Labor (1964).[7]
Tema pokok dari The Rules adalah bahwa sifat subyek masalah dari sosiologi harus dijelaskan, dan bidang penelitiannya harus ditentukan dengan tegas batas-batasnya. Durkheim berulang kali menekankan di dalam tulisan-tulisannya bahwa sosiologi itu sebagian besar tetap merupakan suatu disiplin filsafat, yang terdiri dari sejumlah generalisasi heterogen yang mencakup segala aspek, serta yang lebih tertumpu pada latar belakang logis dari aturan-aturan a priori dari pada studi empiris yang sistematis. Sosiologi, menurut Durkheim dalam Suicide, masih dalam taraf membangun dan sistesis-sintesis filsafat. Dari pada berusaha untuk menyoroti suatu bagian yang terbatas dari bidang sosial, sosiologi lebih menyukai generalisasi-generalisasi yang briliyan. Disiplin ini menaruh perhatian pada penelitian tentang manusia dalam masyarakat, akan tetapi kategori dari apa yang sosial itu sering digunakan secara tidak mengikat. [8]
Usaha untuk mendefinisikan kekhususan dari yang sosial itu, didasari oleh penggunaan kriteria exteriority dan constraint. Ada dua makna yang saling berkaitan, dimana fakta-fakta sosial merupakan hal yang eksternal bagi individu:
(1)         tiap orang dilahirkan dalam masyarakat yang terus berkembang dan yang telah memiliki suatu organisasi atau struktur yang pasti serta mempengaruhi kepribadiannya
(2)         fakta-fakta sosial merupakan hal yang berada di luar bagi pribadi seseorang dalam arti bahwa setiap individu manapun, hanyalah merupakan suatu unsur tunggal dari totalitas pola hubungan yang membentuk suatu masyarakat.
Penekanan dari tesis Durkheim adalah bahwa tidak ada satu teori atau analisis pun yang mulai dari individual, tak akan mampu memahami sifat-sifat spesifik dari fenomena sosial. Kriteria lain yang diterapkan Durkheim dalam menjelaskan sifat dari fakta-fakta sosial, merupakan kriteria yang empiris, yaitu hadirnya paksaan moral. Usaha memelihara prinsip memperlakukan fakta-fakta sosial sebagai benda obyektivitas, menuntut kemandirian yang tegas dari pihak peneliti tentang kenyataan sosial. Hal ini tidak berarti bahwa peneliti sosial yang dimaksudkan oleh Durkheim harus mendekati suatu bidang studi tertentu betul-betul dengan suatu pikiran terbuka, akan tetapi agar sebaiknya peneliti bersikap dengan perasaan netral terhadap apa yang akan ia teliti.[9]
Fakta fakta social inilah yang nantinya bias digunakan dalam mengkaji sejarah social. Fakta social menurut durkheim terdiri atas dua macam :
(1)         dalam bentuk material : yaitu barang sesuatu yang bias di amati secara langsung, diobservasi. Fakta social ini adalah bagian dari dunia nyata
(2)         dalam bentuk non material, yaitu sesuatu yang dianggap nyata, fakta jneis ini merupakan sebuah fenomena yang bersifat inter subjective yang hanya dpat muncul dari dalam kesadaran manusia.[10]


[1] Magnis-suseno, Franz, Pemikiran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionis( Jakarta. Gramedia pustaka utama. 2001) hal. 151.
[2] Hartisekar, Markonis, Mewaspadai Kuda Troya Komunisme Di Era Reformasi.(Jakarta: Pustaka Sarana Kajian.2001) hal. 31-32
[3] Hartisekar, Markonis, Mewaspadai Kuda Troya Komunisme Di Era Reformasi.(Jakarta: Pustaka Sarana Kajian.2001), hal. 32-33

[4] Dr. Hendra Kurniawan, Lc, MSi. Selasa, 05 Januari 2010. Pokok-Pokok Pemikiran Marx, Durkheim, Dan Weber (Perspektif Sosiologis Tentang Kapitalisme Dan  Konseptualisasi Gagasannya Di Indonesia). Diakses dari http://hendrakm.blogspot.com/

[5] Dr. Hendra Kurniawan, Lc, MSi. Selasa, 05 Januari 2010. Pokok-Pokok Pemikiran Marx, Durkheim, Dan Weber (Perspektif Sosiologis Tentang Kapitalisme Dan  Konseptualisasi Gagasannya Di Indonesia). Diakses dari http://hendrakm.blogspot.com/
[6] Ritzer  & Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prenada media.
[7] Dr. Hendra Kurniawan, Lc, MSi. Op. cit
[8] Ibid.
[9] Dr. Hendra Kurniawan, Lc, MSi. Op cit

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |