Thursday, November 15, 2012

MASYARAKAT KETURUNAN MADURA DI DESA BLAYU KECAMATAN WAJAK (QAHARRUDIN)




Diantara masyarakat Malang yang menjadi warga Desa Blayu, terdapat kelompok masyarakat Madura yang ikut mendiami wilayah Desa Blayu dan membentuk kelompok khusus yang kemudian membentuk dusun tersendiri yang lebih dikenal dengan nama dusun Meduran walaupun sebenarnya nama asli dusun tersebut adalah dusun Pijetan.
Pada masa awal berdiri dusun ini, bahasa Madura masih banyak digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat sebagai ciri identitas dari suku Madura. Hal ini kemudian membuat mereka terlihat berbeda dengan masyarakat setempat yang mayoritas berciri budaya Jawa. Seiring waktu, kebudayaan Jawa mempengaruhi kebudayaan dari masyarakat Madura yang salah satu bentuk pengaruh tersebut adalah terjadi pergeseran bahasa Madura di kalangan masyarakat keturunan suku Madura.
Kondisi geografis Desa Blayu yang berupa wilayah kaki gunung Mahameru yang cukup subur merupakan suatu berkah tersendiri bagi suku Madura dalam usaha mengembangkan kehidupan sosial-ekonomi mereka. Dengan kondisi alam seperti ini kemudian mendorong suku Madura untuk bermata pencaharian di bidang pertanian, bahkan ada sebagian dari suku Madura mampu membeli sebidang tanah yang luas untuk dijadikan lahan pertanian keluarga. Dalam perkembangan pada masa sekarang hampir setengah dari anggota keturunan ini bermata pencaharian sebagai petani. dengan hasil dari pertanian di dusun ini berupa mendong, bahan untuk membuat tikar. Selain pertanian, di sekitar dusun terdapat kebun-kebun yang ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan. Sebagai daerah yang terletak agak jauh dari jalan raya menyebabkan sektor pembangunan di dusun Meduran kurang berkembang, hal itu terlihat dari kondisi jalan-jalan dusun yang masih berupa jalan yang dilapisi dengan batu-batu (makadam), bahkan listrik mulai masuk di dusun ini baru pada sekitar tahun 1995. Ditambah dengan masih belum tinggi kesadaran akan pendidikan dari masyarakat keturunan suku Madura ini, mayoritas dari mereka adalah lulusan tingkat SMP ataupun SMA, sedangkan untuk perguruan tinggi masih 1 orang. Masyarakat lebih memilih menanamkan pendidikan agama Islam disbanding pendidikan formal, hal itu bisa dilihat dari jumlah lulusan pondok pesantren yang hampir sebagian dari masyarakat keturunan suku Madura.
Masyarakat keturunan suku Madura terus mengalami perkembangan hingga saat ini sudah membentuk masyarakat keturunan suku Madura generasi keempat. Dari perkembangan tersebut, terjalin hubungan sosial yang kuat dengan sesama keturunan suku Madura, terbukti dari masih digunakannya bahasa Madura sebagi alat komunikasi antar orang dari keturunan suku Madura, khususnya saat berkomunikasi dengan orang yang seumuran ataupun segenerasi. Di lain pihak, hubungan antara masyarakat keturunan suku Madura di Dusun Meduran dengan masyarakat Madura yang berada di pulau Madura yang terputus sebagai akibat tidak ada interaksi antara kedua masyarakat tersebut, menyebabkan identitas sebagai suku Madura semakin memudar, ditambah dengan sikap ke-tidak tahu-an hubungan keluarga antara keturunan suku Madura dengan masyarakat Madura. bahkan banyak dari keturunan suku Madura sudah tidak mengenal anggota masyarakat keturunan suku Madura lain yang sedaerah, hal ini kemungkinan disebabkan kurang intens interaksi antar masyarakat keturunan suku Madura, bahkan interaksi antar masyarakat keturunan suku Madura hanya dilakukan pada hari-hari tertentu, utamanya pada saat acara pertemuan keluarga yang biasa diadakan pada Hari Raya Idul Fitri. Interaksi antar keturunan suku Madura terjadi intens pada keluarga yang bertempat tinggal dekat ataupun bekerja di tempat yang dekat. 
Dengan kedekatan tempat tinggal dan hubungan saling membutuhkan, terjadi interaksi sosial antara masyarakat Madura dengan masyarakat Jawa yang berdomisili di dusun-dusun lain di Desa Blayu, dimana interaksi sosial yang terjadi lebih berbentuk pergaulan sehari-hari, kerjasama dalam bidang pertanian dan perdagangan, konflik-konflik, bahkan penyatuan keluarga melalui pernikahan antar orang dari suku yang berbeda. Dari interaksi sosial ini menyebabkan masyarakat keturunan suku Madura mendapatkan kedekatan dan pengakuan dari masyarakat setempat dan akhirnya dapat berimbas pada bahasa Madura yang semakin memudar dalam kehidupan masyarakat keturunan suku Madura di Dusun Meduran, salah satu bukti adalah penggunaan Bahasa Jawa Alus dalam berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, meskipun orang tersebut adalah bagian dari keturunan suku Madura, bahkan ada diantara mereka yang tidak bisa dan tidak mau menggunakan bahasa Madura karena merasa diri mereka adalah orang Jawa, walaupun mereka tetap mengakui bahwa mereka adalah keturunan suku Madura. Pergeseran bahasa madura bisa dikaitkan dengan kurang intesifnya pendidikan keluarga terhadap bahasa Madura, sehingga generasi muda cenderung melepaskan bahasa Madura dari kehidupan sosial mereka.

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |