Thursday, November 15, 2012

Sosiologi Bahasa / sosiolinguistik (QAHARRUDIN)




Sosiologi bahasa merupakan disiplin ilmu yang terbentuk dari dua disiplin ilmu yang lain, yaitu disiplin ilmu sosiologi dan disiplin ilmu bahasa. Untuk lebih mengerti tentang sosiologi bahasa, terlebih dahulu dijelaskan pengertian tentang sosiologi dan ilmu bahasa. Sosiologi secara umum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Ada beberapa ahli yang mengartikan sosiologi sebagai berikut:

a.    Menurut Soerjono Soekanto (2004:1), sosiologi merupakan pengetahuan tentang hubungan-hubungan sosial dalam membentuk kebudayaan masyarakat dan kesadaran akan persamaan dan perbedaan antar individu.
b.    Menurut Auguste Comte (dalam Soerjono S.2004:4), sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti kawan dan kata yunani logos yang berarti berbicara. Jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai kawan atau masyarakat”, dimana didasarkan pada kemajuan yang telah dicapai ilmu pengetahuan yang lain, dibentuk berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat yang disusun secara metodologis dan sistematis.
c.    Menurut Pitirim Sorokin (1928) (dalam Soekanto.2004:19), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan dan pengaruh timbal balik antar gejala sosial, antara gejala sosial dengan gejala non sosial, dan juga ciri gejala sosial itu sendiri.
d.   Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1974) (dalam Soekanto.2004:20), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses sosial.
e.    Menurut Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004:2), sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia dalam masyarakat, dan lembaga dan proses sosial yang ada dalam masyarakat.
Dari pengetian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan-bubungan antar individu dalam masyarakat dan pengaruh dari hubungan tersebut bagi masyarakat itu sendiri dengan menggunakan metode tertentu.
Bahasa dapat diartikan sebagai alat komunikasi verbal yang disampaikan secara langsung. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi dalam bentuk perkataan-perkataan yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran, yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, negara, daerah, dsb). Menurut teori struktural, bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tanda arbitrer yang konvensional yang bersifat sistematik (mengikuti ketentuan-ketentuan tertentu) dan sistemik (karena bahasa itu sendiri merupakan system ataupun subsistem-subsistem (Soeparno. 2002:1). Sedangkan ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik, Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004:2) mengartikan linguistik sebagai bidang ilmu yang menempatkan bahasa sebagai objek kajian. Linguistik juga bisa diartikan ilmu pengetahuan yang mempunyai objek forma bahasa lisan dan tulisan. Yang memiliki ciri-ciri pembuat beda pada hal sistematik, rasional, empiris, sesuai kenyataan, struktur, pembagaian, bagian-bagian dan aturan bahasa (Alwasilah, A.C. 1993:1). Sedangkan menurut Soeparno (2002), lingustik bisa diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari bahasa secara keseluruhan dan meliputi semua aspek dan komponen dari bahasa itu sendiri.
Dari penjelasan-penjelasan yang telah disampaikan, dapat dikatakan bahwa sosiologi bahasa adalah ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dan keragaman bahasa dalam suatu masyarakat jadi kajian ini lebih menempatkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ekspresi diri dalam interaksi antar individu. Menurut Anwar (1990) (dalam Sudjianto 2007:6), dalam penelitian sosiologi bahasa, penguasaan atas pengetahuan sosiologi lebih banyak diminta daripada penguasan pengetahuan linguistik. Ahli sosiologi bahasa sebaiknya mempunyai pengertian dan wawasan tentang hakikat ilmu-ilmu sosial secara umum beserta segala masalah dan batasan-batasan yang ada.
Istilah sosiologi bahasa sering disamakan dengan istilah Sosiolinguistik yang merupakan bagian penelitian dari bidang linguistik, dimana sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian penggunaan bahasa dalam suatu masyarakat, seperti rincian penggunaan dialek budaya tertentu, topik dan latar belakang perilaku tutur (Chaer, A. & Agustina, L.2004:5). Menurut Nishida Tatsuo (1994) (dalam Sudjianto 2007:5) di dalam ilmu (gakumon) yang meneliti hubungan antara “masyarakat” dan “bahasa” terdapat dua macam bidang studi (bun’ya) berdasarkan ke wilayah mana studi itu dipusatkan. Yang pertama adalah studi bidang linguistik yang dipusatkan pada fungsi bahasa dan meneliti sistem-sistem bahasa atau perbedaan sistem bahasa di dalam masyarakat yang disebut shakai gengogaku (sosiolinguistik), dan yang kedua adalah studi bidang sosiologi yang dipusatkan pada masyarakat yang berhubungan dengan penggunaan bahasa yang disebut gengo shakaigaku (sosiologi bahasa).
Penelitian tentang bahasa dalam kehidupan sosial masyarakat merupakan hal yang penting, karena bahasa memiliki posisi penting dalam berbagai bentuk komunikasi dan interaksi sosial. Menurut De Saussure (1916) (dalam Chaer A. & Agustina L. 2004:2), bahasa adalah salah satu lembaga kemasyarakatan yang memiliki kedudukan sama dengan lembaga kemayarakat seperti pernikahan dan pewarisan harta. Saville-Troike (1989) (dalam Wibisono B. 2005:1) menyatakan bahwa kajian tentang perilaku berbahasa dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, menjelaskan maslah etnisitas, struktur sosial, stratifikasi sosial, jarak sosial, dan hubungan peran yang terdapat dalam masyarakat. Kemudian menurut Hamers & Blanc (1995) (dalam Wibisono, B. 2005:51), bahasa diarahkan untuk mengamati bagaimana orang menggunakan pilihan bahasa untuk menemukan nilai-nilai sosial budaya dan kaidah-kaidah kultural yang diungkapkan melalui perilaku yang diperagakan masyarakat.
Keadaan sosial sendiri mampu mempengaruhi bahasa terutama dalam memunculkan variasi bahasa yang berupa sosiolek, ada beberapa macam sosiolek yang telah dikenal, yaitu:
a.       Akrolek: realisasi variasi bahasa yang dipandang memiliki nilai prestise yang lebih tinggi dibanding yang lain.
b.      Basilek: variasi bahasa yang dipandang kurang bergensi dan dipandang rendah.
c.       Vulgar: wujud variasi bahasa yang memiliki ciri menunjukkan pemakaian bahasa oleh penutur yang kurang terpelajar.
d.      Slang: wujud variasi bahasa yang bersifat khusus dan rahasia, bahasa yang digunakan oleh orang-orang tertentu dalam satu kelompok.
e.       Kolokial: wajud bahasa yang umum digunakan dalam kehidupan sosial kelas bawah.
f.       Jargon: wujud variasi bahasa yang dimiliki oleh kelompok-kelompok tertentu yang bersifat khusus, tetapi tidak bersifat rahasia.
g.      Argot: wujud variasi bahasa yang dipakai oleh penutur dengan profesi-profesi tertentu yang bersifat rahasia. Sosiolek ini bisa dikatakan bagian dari Slang.
h.      Ken (Cant): wujud variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu dengan lagu bahasa yang dibuat-buat (Soeparno.2002:72-73).
Dalam konferensi sosiolinguistik pertama yang berlangsung di University of California, Los Angeles pada tahun 1964 telah dirumuskan tujuh dimensi sosiolinguistik, yang bisa juga digunakan dalam penelitian sosiologi bahasa. Ketujuh dimensi tersebut adalah
a.       Identitas sosial dari penutur, yang dapat diketahui dari pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, serta bagaimana hubungannya dengan lawan tuturnya
b.      Identitas sosial dari pendengar, yang dapat dilihat dari pihak penutur
c.       Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi yang kemudian berpengaruh pada pilihan kode dan gaya dalam bertutur
d.      Analisis diakronik dan sinkronik dari dialek-dialek sosial, baik yang berlaku pada masa tertentu atau pada masa yang tidak terbatas
e.       Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap bentuk perilaku ujaran, yang disesuaikan dengan status dalam kehidupan sosial.
f.       Tingkatan variasi sebagai akibat keheterogenan anggota suatu masyarakat, ada berbagai fungsi sosial dan politik bahasa, serta tingkatan kesempurnaan kode
g.      Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik sebagai upaya untuk mengatasi masalah kebahasaan. (Chaer, A & Leonie, A. 2004: 5)
Dari ketujuh dimensi ini, yang memiliki kaitan erat dengan disiplin ilmu sosiologi bahasa adalah identitas sosial dari penutur, identitas sosial pendengar, lingkungan sosial peristiwa tutur, dan penerapan praktis dalam mengatasi masalah kebahasaan.
Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |