Saturday, November 24, 2012

PENINGGALAN KOLONIAL BERUPA BANGUNAN DI KOTA MALANG




1.      IJEN BOULEVARD
 Pada masa pemerintahan walikota Ir EA Voonerman (1923-1933) kota Malang dibangun dengan cepat. Voonerman membangun Boulevard menjadi bangunan mewah, dibantu Ir Herman Thomas Karsten. Jika biasanya perumahan Hindia Belanda membagi kawasan perumahan berdasarkan ras (Eropa, China, Pribumi), di Malang upaya itu tidak di lakukan. Gemenntraad Malang tidak menginginkan bentuk kota memanjang menjauhi pusat kota.

Faktanya pembangunan justru membentuk sumbu utara-selatan, seperti kawasan kayu tangan-celaket. Akhirnya pembuatan  rumah warga berdasarkan tipe vila, rumah kecil, dan kampung.Salah satu yang dibangun adalah Vila Ijen Boulevard.Karsten memang sengaja menata jalan yang menghubungkan perumahan sederhana di Kota Malang dengan perumahan mewah.  Karsten membagi daerah perumahan menjadi beberapa bagian, antara lain daerah kampung tertutup, daerah kampung terbuka, daerah perumahan kecil, dan perumahan besar.Ia mengubah pola perumahan kota di Hindia Belanda yang sebelumnya dibagi berdasarkan hunian orang Eropa, daerah Pecinan, kampung Arab, dan kampung pribumi.Karsten selanjutnya membuat standar mengenai profil masing-masing jalan dan lingkungannya. Makanya, pada zaman Karsten, kampung-kampung terlihat sangat rapi dan bersih .
Kota Malang adalah salah satu aplikasi atas konsep Totalbeeld. Karsten menginginkan Malang menampilkan wajah yang mampu menyatukan dan menyerasikan berbagai golongan penduduk.Saat Karsten menata Malang pada 1935, jumlah warga Kota Malang hanya sekitar 96 ribu jiwa. Perencanaan Malang yang ditangani Karsten diorientasikannya untuk 25 tahun ke depan, artinya sampai 1960.Kawasan elite saat itu disebut Bergenbuurt (daerah gunung-gunung), karenanya nama jalan-jalannya menggunakan nama gunung. seperti Smeroestraat. (Jl. Semeru), Bromostraat. (jl.Bromo).
Jika Jalan Semeru dikembangkan sebagai kawasan rumah tipe kecil, sepanjang Ijen Boulevard kala itu dikuasai oleh pejabat dan arsitek Bouwmaatschappij Villapark. Jika dilihat dari segi bangunan yang masih berdiri sampai sekarang. Bentuk bangunan villa biasanya hanya satu lantai dengan atap pelana yang tinggi, berkemiringan curam. Curah hujan yang tinggi dan hawa Malang saat itu yang super sejuk membuat para arsitek meniru gaya rumah Eropa.Sedangkan untuk sirkulasi udara dan pencahayaan ruangan, dibuat bukaan dan jendela yang lebar,taman-taman juga menjadi salah satu unsur yang dimasukkan dalam desain. Setiap rumah di Ijen Boulevard didesain memiliki taman.Sebagai pemisah antara kawasan rumah dengan area pedestrian di tanami jejeran pohon palem. Taman selalu menjadi pengakhiran dari setiap titik pertemuan jalan.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa pemerintah kolonial Belanda sangat memperhatikan tata ruang kota, karena tata ruang kota yang baik, akan beimbas kepada banyak hal yang positif, seperti mobilitas pendudukan yang baik dan lancar, serta kerapian dan kebersihan tata ruang kota akan berimbas pada kesehatan penduduk yang mendiammi kota tersebut.
2.    STASIUN KOTA BARU :
Bangunan ini terletak dijalan Trunojoyo No. 10 Kelurhan Klojen Kecamatan Klojen. Slesai dibangun tahun 1939 ini merupakan stasiun KA kedua setelah stasiun KA Kotalama yang dibangunn tahun 1879 sebagai akibat semakin ramainya perhubungan di Malang dengan adanya perkebunan kopi dan tebu. Lokasi dipiliih berhubungan dengan pusat Pemerintahan  Geemente  Malang seputar  YP Coen Plein (sekarang Alun-Alun Bunadar), dan dinamakann stasiun Kota Baru. Dahulu awalnya stasiun KA ini menghadap Timur kearah stasiun Weg ( sekarang Jalan Panglima Sudirman bagian Selatan ), Jalan Trunojoyo dahulu adalah Jalan  Gudang ( Gudang WEG ) yang berarti berada dibelakang stasiun.
3.    KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH :
Terletak di Jalan Kertanrgara No. 2 Kelurahan Klojen Keacamatan Klojen. Dahulu Jalan ini bernama Deandels Boulevard ( Taman Deandels ). Pada mulana bangunan ini digunakan sebagai hotel dan bernama TRID Hotel.
Pada masa Perang Kemerdekaan II berakhir, gedung ini digunakan oleh tentara sebagai tempat mengkonsolidasi masuknya Tentara repubik ke Kota Malang kembali.
4.    BALAI KOTA MALANG :
Bangunan ini selesai pada tahun 1930 sebagai tampat Gemeenteraad ( Pemerintahan Kota ). Letaknya dahulu di YP Coen Plein, sekarang Jalan Tugu ( Alun-Alun Bundar ). Bangunan bertingkat dua bergaya Eropa kombinasi konsep kombinasi Hindu Jawa pada atap bangunan anjungan, yaitu atap bertingkat 3 (tiga) yang berbentuk meru ( atap tumpang ).
Pada masa perang kemerdekaan 1 bangunan ini pernah dibumi hanguskan oleh Tentara Republik Indonesia agar tidak dapat digunakan oleh Pemerintahan Belanda, sedangkan Pemerintah Kota Malang hijjrah keluar kota.
5.    GEDUNG SMA NEGERI TUGU :
Gedung sekolah ini berrada di Jalan Tugu Utara Kelurahan Klojen, Dahulu pada zaman Belanda digunakan sebagai Sekolahan Belanda. Pada zaman penduduk Jepang gedung ini digunakan sebagai tampat interniran tawan Jepang terrutama orang-orang Belanda Laki – laki ( sedangkan wanita dan anak – anak dikumpulkan di wilayah perumahan Jalan Ijen.
6.    WISMA IKIP MALANG :
Bangunan yang terletak di Jalan Tumapel No. 1 Kelurahan Kidul Dalem Kecamatan Klojen ini pada merupakan sebuah hotel. Selaesai dibangun pada tahun 1932, bernama Spleendid Hotel, dan pada masa Belanda beralamatkan Maetsuucker Straat.
Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia Gedung tersebut diambil alih oleh Pemerintah dan menjadi Gedung PTPG ( Perguruan Tinggi Pendidikan Guru ), sekarang menjadi wisma IKIP Malang ( Universitas Negeri Malang ).
7.    APOTEK KABUPATEN
Terletak di Jalan Besuki Rahmat No. 11 Kelurahan Kauman Kecamatan Klojen. Zaman Belanda jalan ini adalah Kayutangan Straat. Merupakan deretan pertokohan disepanjang Kayutangan Straat.
8.    GEREJA KATHOLIK HATI KUDUS :
Bangunan ini juga berada di ujung utara Kayutangan Straat. Sekarang alamat bagunan inimengikuti jalan sebelah utaranya yaitu Jalan MGR. Sugitopranoto Kelurahan Kidul Dalem Kesamatan Klojen. Bangunan yang bergaya neogotik dengan cirri khas jendela yang tinggi dan kontruksi yang serba ramping serta runcing ini dibangun tahun 1896 dan selesai tahun 1905 oleh pemrakarsanya yaitu Romo JOHN BLOET dari Belanda. Bangunan aslinya tidak memiliki menara. Baru pada tahun 1930 menara tersebut dipasang, merupakan greja Katholik pertama di Malang.
9.    TOKOH OEN :
bangunan yang tidak begitu besar ini sebenarnya tidak memiliki cirri khas arsitektur. Tetapi penampilan nuansa klasiknya pada masa Eropa masih nampak, misalnya tulisan yang berada di tembok atas, tidak diubah sama sekali dan tetap seperti semula. Bangunan ini adalah restaurant OEN, yang pada zaman Belanda khusus diperruntukan bagi orang-orang Belanda saja, letaknya berseberangan dengan Kamar Bola gedung ” Concordia “( sekarang Sarinah ).keduanya terletak dipenghujungjalan bagian selatan Kayutangan Straat ( sekarang Jalan Besuki Rahmad ).
10.    GEREJA EMANUEL ( GPIB ) :
Bangunan greja pertama di Kota Malang, dibangun pada tahun 1861 untuk kelompok Belanda Kristen. Gereja yang bergaya Neo Gotik ini mula-mula dibangun tambun mengerucut ke atas, baru dalam tahap perkembangan diisi dengan menara. Bangunan ini terletak dijalan Arief Rachman Hakim.
11.    KANTOR PERBENDAHARAAN :
Bangunan yang berada dijalan Merdeka Selatan No. 1-2 ini merupakan bangunan bergaya  Eropa dengan atap limas yang menjulang tinggi. Merupakan kantor dan rumah Resident Malang pada zaman kolonial Belanda setelah Karesidenan dipindah dari Pasuruan ke Malang.
12.    HOTEL PELANGI :
Bangunan ini sejak didirikan tahun 1915 memang digunakan sebagai hotel bernama HOTEL PALACE. Ketika Indonesia merdeka bangunan ini diganti namanyamenjadi namanya Hotel Pelangi. Pada masa perang kemerdekaan I, hotel ini pernah dipakai oleh Pemerintah Kota Malang untuk dijadikan tempat Pemerintahan Darurat ketika tentara Belanda memasuki Malang.
13.    MASJID JAMI’ :
Bagunan ini sejak didirikan pada tahun 1875 atas prakarsa Bupati Malang II yaitu Raden Ario Adipati Notodiningrat ang  menjabat dari tahun 1839 sampai 1884. Bangunan awal berupa bujur sangkardengan atap tumpang tetap dibiarkan dan berada dibelakang kubah.
14.    KLENTENG ENG AN KIONG :
Rumah ibadat Tionghoa di jalan RE. Martadinata Kelurahan Kotalama Kelurahan Kedungkandang ini dibangun pada tahun 1904 oleh keluarga –KKWE dari Sumenep Madura. Dia adalah seorang Leitenant bangsa cina di Malang yang nama lengkapnya Kwee Sam Hway. Klenteng awal didirikan menghadap ke barat. Dalam perkembangan zaman pula dan sesuai dengan tutunan zaman, jadilah Klenteng ini sebagai rumah ibadat “ TRI DHARMA “ atau 3 (tiga) aliran yaitu Budhisme, Konfusionisme, dan Taoisme.En An Kiong sendiri artinya “ Klenteng yang selalu membawa keselamatan “
15.    BANK ANK DANN RAJABALI ( BANGUNAN KEMBAR ) :
Bangunan yang berada diujung Jalan Semeru ini merupakan sejenis getaway ( pintu gerbang ) menuju kawasan elite orang-orang Belanda zaman kolonial. Dengan demikian pintu masuk kawasan ini benar-benar  dibentuk sedimikian rupa dengan menggunakan bangunan kembar yang menghimpit ujung Jalan Semeru.  ( Semeru Straat ).
16.    RUMAH TINGGAL :
Bangunan rumah tinggal yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 4 ( dahulu Willem Straat ) Kelurahan Klojen kecamatan Klojen merupakan bangunan yang perlu mendapat perhatian karena keunikan gaya yang khas Eropa, yaitu bagian atap bergaya miniatur menara , sedangkan bagian relung jendela dan pintu bergaya Neo Romantik dengan rekung setengah bola. Belum ada yang dirubah baik bentuk maupun bahannya, perbaikan berupa pengecatan dan penambalan sudah dilakukan berkali-kali.
Bangunan rumah tinggal yang berbentuk seperti di Jalan Kartini No.  7 ( dahulu Yuliana Straat ) ini sebenarnya agak banyak di Kota Malang, namun ini diambil sebagai bangunan serupa di Kota Malang. Ciri khas Eropanya adalah bentuk anjungan  dan atapnya.
Bangunan rumah tinggal yang berbentuk seperti di Jalan Kartini No. 14 juga merupakan salah satu gaya Eropa yang terdapat di Indonesia. Bangunan ini luwes dan bersahaja, dan cocok dihubungkan dengan nuansa perkebunan.
Bangunan rumah tinggal yang berada di Jlan Dr. Sutomo No. 2 ( Emma Straat ) sangat menarik perhatian. Dinding-dinding yang membatasi atap berbentuk kerucutmengingatkan kita kepada gaya Florensia, yaitu selaras dinding yang berlubang segi empat berjajar, sehingga orang bisa melihat melalui celah – celah tersebut. Bangunan bentuk benteng ini di Eropa banyak terdapat di Florensia.

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |