Monday, November 12, 2012

Perkembangan Imperialisme dan Kolonialisme Portugis di Asia Tenggara




 Perkembangan Imperialisme dan Kolonialisme Portugis di Asia Tenggara.

Malaka yang berada dibawah kekuasaan seorang raja muslim merupakan pusat penyebaran Islam di Indonesia, dengan merebutnya raja itu akan melaksanakan kewajiban yang dibebankan pada portugis dengan perintah Alexander VI. Penaklukan malaka tahun 1511 merupakan salah satu gambaran dari strategi keseluruhan. Dari Malaka Alburqueque mengirim duta-duta ke Siam juga ke Maluku. Pada tahun 1511, 13 tahun setelah vasco da Gama mendapatkan jalan baru dari eropa ke India, orang - orang Portugis mengetahui tempat yang penting ini dan menjadikannya sebagai purat perdagangannya di Asia Tenggara. Pada  tahun 1641 orang Belanda merebut Malaka dari portugal. Tetapi orang Portugis maupun belanda tidak pernah berusaha menduduki seluruh Semenanjung Malaya. (Kustianah, 1988:48)

Ternate, Tidore dan Halmahera dan sejumlah pulau kecil adalah tempat asal pohon-pohon cengkeh sedangkan Pala dan bunga pala adalah hasil Ambon dan kepulauan Banda. Malaka sebagai pusat pembagian utama rempah-rempah, menerima barang dari pedagang-pedagang Jawa, yang mengumpulkannya dari pulau-pulau itu sendiri. Bahan bahan itu sangat berlimpah dan murah sehingga apabila Portugis akan mempertahankan harga tinggi di eropa, penting baginya untuk menegakkan monopoli dan pembatasan ekspor. Ini berkelanjutan dengan pengusiran pedagang-pedagang Jawa dan pengaturan rute pelayaran antara Indonesia dan Arabia.  Kesulitan utama mereka adalah bahwa sebelum kedatangan Portugis di pulau rempah - rempah banyak penduduk disana yang telah memeluk agama Islam.
Portugis mempertahankan diri di Malaka, karena negeri tetangganya belum tertundukkan, sultan-sultan Indonesia bersikap memusuhi. Tahun 1517 Sulan Mahmud menyerang dengan memusatkan kekuatan di sungai Muar hingga tahun 1520. tahun berikutnya dengan bantuan pasukan Aceh beliau kembali.
Setelah tahun 1526, Aceh menjadi pemimpin perlawanan terhadap Portugis. Penambahan permintaan akan merica membuat kekuasaan sultannya bertambah. Dan antara tahun 1529 dan 1587 Aceh berulang kali merebut Malaka. Namun setelah tahun 1587, orang Portugis di Malaka cepat mencapai kemenangan dan perdagangannnya terus meluas membawa keuntungan besar.
Sepertinya ekspedisi Abreu yang meninggalkan Malaka menuju pulau rempah-rempah hanya sedikit hasilnya. Sultan-sultan Ternate dan Tidore memberi sejumlah besar muatan cengkeh, dan masing-masing mengijinkan pedirian sejumlah kantor dagang di pulaunya. Kedua pemimpin juga membantu Portugis. Pada waktu yang sama, Portugis mengajukan protes pada Spanyol karena menyalahi perjanjian Tordesilas. Sebagai konsekuensi atas protes Portugis itu sebuah konferensi para ahli diadakan tahun 1524. Spanyol kemudian mengirim 7 buah kapal dan diterima baik oleh Tidore sedangkan Portugis bersekutu dengan Spanyol.
Ketika Portugis kembali ke jawa tahun 1527 mereka mendapati bahwa disana kota telah ditaklukkan oleh Muslim yaitu Banten. Cepatnya penyebaran Islam membuat setback yang serius atas rencana mereka. Islam telah masuk, sehingga missi khatolik tidak punya harapan akan berhasil. Usaha - usaha missi pertama diarahkan ke bagian-bagian Jawa timur tetapi juga terlambat.  Hanya di Ambon saja untuk sementara itu.
            Ternate bangkit dan memberontak dibawah sultan barunya yaitu Baabullah. Selama hampir 5 tahun benteng portugis di pulau itu dikepung. Tahun 1574  benteng jatuh. Tetapi Ambon diselamatkan oleh Vasconcellos. Perlawanan baabullah mendesask orang Prtugis kembali  ke Tidore dimana dalam tahun 1578 mereka diijinkan mendirikan sebuah loji.
Kekuasaan Spanyol di Filipina juga telah mencari perluasan ke selatan sejak pendirian Manila tahun 1570. Sepretinya pOrtugis tidak memiliki harapan disana. Tetapi setelah mangkatnya Baabullah tahun 1587 posisinya menjadi baik lagi.
Walaupun terancam terus menerus posisi Potugis di Malak dan Maluku. Tetapi perluasan aktifitas perdagangan prtugis di Asia Tenggara benar-benar mengesankan sekali. Untuk menghindari jalur selatan mereka membuat perjanjian-perjanjian dengan Sultan Brunei karena memungkinkan menggunakan jalur utara melalui kepulauan Sulu dan laut Sulawesi.
Hubungan-hubungan merekqa dengan kerajaan-kerajaan yang lebih kuat lagi di daratan Ind-cina, Portugis harus puas memainkan peranan yang lebih biasa daripada Malaka dan Pulau rempah-rempah. Dengan perjanjian dagang dengan Ayit’ia, dan Patani di pantai timur semenanjung Melayu. Kedua Ayut’ia dan Patani melakukan perdagangan luar biasa dengan orang-orang Cina dan perusahaan-perusahaan Portugis berkembang di  kota itu. Pelabuhan-pelabuhan Siam juga berguna sebagai tempat-tempat kapal-kapal Portugis yasng akan menuju ke Cina dapat menginap selama musim barat laut. Ketika laut Cina sulit untuk dilayari.Di Burma dan Arakan orang-orang bayaran dan para petualang Portugis terbukti lebih banyak daripada missionaris dan saudagar.
Runtuhnya kekuasaan Portugis di Timur terjadi lebih awal, meski di Asia Tenggara melalui penguasaan mereka atas selat Malaka,terdapat sedikit tanda-tandanya sebelum munculnya orang-orang Inggris dan Belanda sebagai saingan menguasai perdagangan rempah-rempah. Seperti yang digambarkan oleh Sir Hugh Cliffrord, pOrtugis seperti merengkak ke Asia dengan semangat perampokan yang terbuka.
Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |