Perkembangan
Imperialisme dan Kolonialisme Portugis di Asia Tenggara.
Malaka yang
berada dibawah kekuasaan seorang raja muslim merupakan pusat penyebaran Islam
di Indonesia, dengan merebutnya raja itu akan melaksanakan kewajiban yang
dibebankan pada portugis dengan perintah Alexander VI. Penaklukan malaka tahun
1511 merupakan salah satu gambaran dari strategi keseluruhan. Dari Malaka
Alburqueque mengirim duta-duta ke Siam juga ke Maluku. Pada tahun 1511, 13
tahun setelah vasco da Gama mendapatkan jalan baru dari eropa ke India, orang -
orang Portugis mengetahui tempat yang penting ini dan menjadikannya sebagai
purat perdagangannya di Asia Tenggara. Pada
tahun 1641 orang Belanda merebut Malaka dari portugal. Tetapi orang Portugis
maupun belanda tidak pernah berusaha menduduki seluruh Semenanjung Malaya.
(Kustianah, 1988:48)
Ternate,
Tidore dan Halmahera dan sejumlah pulau kecil adalah tempat asal pohon-pohon
cengkeh sedangkan Pala dan bunga pala adalah hasil Ambon dan kepulauan Banda.
Malaka sebagai pusat pembagian utama rempah-rempah, menerima barang dari
pedagang-pedagang Jawa, yang mengumpulkannya dari pulau-pulau itu sendiri.
Bahan bahan itu sangat berlimpah dan murah sehingga apabila Portugis akan
mempertahankan harga tinggi di eropa, penting baginya untuk menegakkan monopoli
dan pembatasan ekspor. Ini berkelanjutan dengan pengusiran pedagang-pedagang
Jawa dan pengaturan rute pelayaran antara Indonesia dan Arabia. Kesulitan utama mereka adalah bahwa sebelum
kedatangan Portugis di pulau rempah - rempah banyak penduduk disana yang telah
memeluk agama Islam.
Portugis
mempertahankan diri di Malaka, karena negeri tetangganya belum tertundukkan,
sultan-sultan Indonesia bersikap memusuhi. Tahun 1517 Sulan Mahmud menyerang
dengan memusatkan kekuatan di sungai Muar hingga tahun 1520. tahun berikutnya
dengan bantuan pasukan Aceh beliau kembali.
Setelah tahun
1526, Aceh menjadi pemimpin perlawanan terhadap Portugis. Penambahan permintaan
akan merica membuat kekuasaan sultannya bertambah. Dan antara tahun 1529 dan
1587 Aceh berulang kali merebut Malaka. Namun setelah tahun 1587, orang
Portugis di Malaka cepat mencapai kemenangan dan perdagangannnya terus meluas
membawa keuntungan besar.
Sepertinya
ekspedisi Abreu yang meninggalkan Malaka menuju pulau rempah-rempah hanya sedikit
hasilnya. Sultan-sultan Ternate dan Tidore memberi sejumlah besar muatan
cengkeh, dan masing-masing mengijinkan pedirian sejumlah kantor dagang di
pulaunya. Kedua pemimpin juga membantu Portugis. Pada waktu yang sama, Portugis
mengajukan protes pada Spanyol karena menyalahi perjanjian Tordesilas. Sebagai
konsekuensi atas protes Portugis itu sebuah konferensi para ahli diadakan tahun
1524. Spanyol kemudian mengirim 7 buah kapal dan diterima baik oleh Tidore
sedangkan Portugis bersekutu dengan Spanyol.
Ketika
Portugis kembali ke jawa tahun 1527 mereka mendapati bahwa disana kota telah
ditaklukkan oleh Muslim yaitu Banten. Cepatnya penyebaran Islam membuat setback
yang serius atas rencana mereka. Islam telah masuk, sehingga missi khatolik
tidak punya harapan akan berhasil. Usaha - usaha missi pertama diarahkan ke
bagian-bagian Jawa timur tetapi juga terlambat.
Hanya di Ambon saja untuk sementara itu.
Ternate bangkit dan memberontak dibawah sultan barunya
yaitu Baabullah. Selama hampir 5 tahun benteng portugis di pulau itu dikepung.
Tahun 1574 benteng jatuh. Tetapi Ambon
diselamatkan oleh Vasconcellos. Perlawanan baabullah mendesask orang Prtugis
kembali ke Tidore dimana dalam tahun
1578 mereka diijinkan mendirikan sebuah loji.
Kekuasaan
Spanyol di Filipina juga telah mencari perluasan ke selatan sejak pendirian
Manila tahun 1570. Sepretinya pOrtugis tidak memiliki harapan disana. Tetapi
setelah mangkatnya Baabullah tahun 1587 posisinya menjadi baik lagi.
Walaupun
terancam terus menerus posisi Potugis di Malak dan Maluku. Tetapi perluasan
aktifitas perdagangan prtugis di Asia Tenggara benar-benar mengesankan sekali.
Untuk menghindari jalur selatan mereka membuat perjanjian-perjanjian dengan
Sultan Brunei karena memungkinkan menggunakan jalur utara melalui kepulauan
Sulu dan laut Sulawesi.
Hubungan-hubungan
merekqa dengan kerajaan-kerajaan yang lebih kuat lagi di daratan Ind-cina,
Portugis harus puas memainkan peranan yang lebih biasa daripada Malaka dan
Pulau rempah-rempah. Dengan perjanjian dagang dengan Ayit’ia, dan Patani di
pantai timur semenanjung Melayu. Kedua Ayut’ia dan Patani melakukan perdagangan
luar biasa dengan orang-orang Cina dan perusahaan-perusahaan Portugis
berkembang di kota itu.
Pelabuhan-pelabuhan Siam juga berguna sebagai tempat-tempat kapal-kapal
Portugis yasng akan menuju ke Cina dapat menginap selama musim barat laut.
Ketika laut Cina sulit untuk dilayari.Di Burma dan Arakan orang-orang bayaran
dan para petualang Portugis terbukti lebih banyak daripada missionaris dan
saudagar.
Runtuhnya kekuasaan Portugis di Timur terjadi
lebih awal, meski di Asia Tenggara melalui penguasaan mereka atas selat
Malaka,terdapat sedikit tanda-tandanya sebelum munculnya orang-orang Inggris
dan Belanda sebagai saingan menguasai perdagangan rempah-rempah. Seperti yang
digambarkan oleh Sir Hugh Cliffrord, pOrtugis seperti merengkak ke Asia dengan
semangat perampokan yang terbuka.
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.