Pengaruh India yang banyak terdapat di Asia Tenggara
ialah dari daerah pantai timur India
karena dari pantai inilah orang-orang India pergi ke daerah Asia Tenggara.
Sistem perdagangan dimaksudkan untuk dipakai oleh para raja dan bangsawan,
tetapi dalam perkembangannya, perdagangan dipakai untuk kepentingan umum
maksudnya disini masyarakat biasa atau rakyat jelata juga dapat berdagang
dengan bangsa luar.
Dengan adanya perkenalan dan diterimanya kebudayaan India
di Asia Tenggara terlebih lagi dengan cara penyebaran kebudayaan India yang
disebarkan oleh para pedagang, Ksatria dan para pendeta (Brahmana), dilakukan
dengan jalan damai sehingga orang yang berasal dari India dapat diterima dengan
baik dan kebudayaannya ini dapat berkembang secara cepat di kalangan masyarakat
biasa dan juga di kalangan para raja dan bangsawan setempat.
Masih ada
juga hal yang membuat kebudayaan India dapat berkembang dikalangan masyarakat
serta penguasa setempat dikarenakan adanya kesamaan diantara ke dua kebudayaan
tersebut, hal ini terkait dengan agama yang dianut masyarakat dan penguasa pribumi
yaitu menganut kepercayaan dinamisme dengan
agama Hindu yang percaya akan adanya kekuatan gaib sehingga ke dua kepercayaan
tersebut dapat berasimilasi dengan
baik dengan diterimanya agama Hindu itu sendiri yang merupakan salah satu
bagian dari kebudayaan asli dari India. Walaupun dapat terjadi percampuran
kebudayaan tetap saja setiap daerah memiliki suatu kebudayaan sendiri-sendiri,
seperti halnya salah satu Negara di Asia Tenggara seperti Indonesia bahkan
dalam teori kebudayaan Indonesia memiliki kebudayaannya sendiri seperti yang
dikemukakan oleh Prof. N. J. Krom yang brpendapat Indonesia memiliki tiga unsur
kebudayaan,sedangkan DR. J. J. Brandes malah berpendapat bahwa Indonesia
memiliki sepuluh unsur kebudayaan ( Asmito, 1988: 29).
Dalam
penyebaran kebudayaan India oleh orang-orang India ini tetap tidak meninggalkan
upacara keagamaan tradisionalnya dan juga memajukan keagamaannya kepada masyarakat
dan penguasa setempat, sebagai akibatnya pengaruhnya juga begitu mendalam yaitu
bahasa Sansekerta klasik yang dipakai dalam Ramayana dan Mahabarata serta
Purana menjadi inspirasi dasar untuk perkembangan kebudayaan daerah setempat,
bahkan huruf India (Pallawa) juga dipakai oleh bangsa-bangsa di Asia Tenggara
kecuali bangsa Melayu dan Vietnam karena ke dua negara ini menganut agama
Islam.
Walaupun
pengaruh kebudayaan India dirasa sangat besar tetapi semua itu ternyata tidak
berpengaruh terhadap peradaban istana di Indonesia yang di-India-kan dimana
kebudayaan India tidak seluhnya menguasai pusat kebudayaan Indonesia yang cukup
kuat seperti halnya di Jawa dan Kamboja. Bangsa-bangsa Asia
Tenggara yang timbul berbeda keadaannya diantara mereka dalam pemakaian
bentuk-bentuk kebudayaan India
dan mereka menghidupkan kembali peradaban sebelum datangnya pengaruh dari India.
Banyak kebudayaan yang di tolak karena tidak bisa dipertanggung jawabkan antara
lain sistem kasta dan perbudakan terhadap wanita. Pada jaman krisis sosial
tingkah laku tradisional memegang peranan penting ini oleh Q. Wales disebut “kelembaman”
yang diaktifkan, sebagai faktor yang terpilih adalah Local Genius yang menentukan pemilihan aspek-aspek pola kebudayaan
yang sesui dengan kebudayaan sendiri. Selain penjelasan diatas pencampuran atau akulturasi kebudayaan dapat
terjadi apabila ada dua kebudayaan masyarakat atau bangsa yang masing-maing
memiliki kebudayaan tertentu dan saling berhubungan, perhubungan itu yang
menyebabkan terjadinya difusi kebudayaan (Lintan dalam Ayatrohaedi,
1986: 324-326).
Di dalam proses sebaran kebudayaan selalu dapat diperhatikan dua
kemungkinan yaitu menerima atau menolak masuk budaya asing. Dalam hal menerima
dan menolak pengaruh asing yang amat berperan adalah pola kebudayan dari kedua
masyarakat atau bangsa yang bertemu, jika ada pola yng sama atau hamper sama
kemungkinan menerima pengaruh budaya asing tersebut tentunya lebih
besar,sebaliknya apabila tidak ada kesamaan pola kebudayaan dari kedua
masyarakat atau bangsa maka kemungkinan menolak pengaruh kebudayaan asing itu
lebih besar. Dalam proses pencampuran kebudayaan pernan kepribadian kebudayaan
sangat penting karena akan menentukan sifat dan bentuk dari proses perkembangan
selanjutnya dan kebudayaan lokal juga menjadi filter dalam menerima pengaruh
kebudayaan asing (Sjafei dalam Ayatrohaedi, 1986: 97-98)
LANJUTAN ARTIKEL KLIK DISINI
LANJUTAN ARTIKEL KLIK DISINI
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.