Wednesday, November 14, 2012

Perkembangan Kebudayaan India Di Asia Tenggara (agung s)




Pengaruh India yang banyak terdapat di Asia Tenggara ialah dari daerah pantai timur India karena dari pantai inilah orang-orang India pergi ke daerah Asia Tenggara. Sistem perdagangan dimaksudkan untuk dipakai oleh para raja dan bangsawan, tetapi dalam perkembangannya, perdagangan dipakai untuk kepentingan umum maksudnya disini masyarakat biasa atau rakyat jelata juga dapat berdagang dengan bangsa luar.
Dengan adanya perkenalan dan diterimanya kebudayaan India di Asia Tenggara terlebih lagi dengan cara penyebaran kebudayaan India yang disebarkan oleh para pedagang, Ksatria dan para pendeta (Brahmana), dilakukan dengan jalan damai sehingga orang yang berasal dari India dapat diterima dengan baik dan kebudayaannya ini dapat berkembang secara cepat di kalangan masyarakat biasa dan juga di kalangan para raja dan bangsawan setempat.
Masih ada juga hal yang membuat kebudayaan India dapat berkembang dikalangan masyarakat serta penguasa setempat dikarenakan adanya kesamaan diantara ke dua kebudayaan tersebut, hal ini terkait dengan agama yang dianut masyarakat dan penguasa pribumi yaitu menganut kepercayaan dinamisme dengan agama Hindu yang percaya akan adanya kekuatan gaib sehingga ke dua kepercayaan tersebut dapat berasimilasi dengan baik dengan diterimanya agama Hindu itu sendiri yang merupakan salah satu bagian dari kebudayaan asli dari India. Walaupun dapat terjadi percampuran kebudayaan tetap saja setiap daerah memiliki suatu kebudayaan sendiri-sendiri, seperti halnya salah satu Negara di Asia Tenggara seperti Indonesia bahkan dalam teori kebudayaan Indonesia memiliki kebudayaannya sendiri seperti yang dikemukakan oleh Prof. N. J. Krom yang brpendapat Indonesia memiliki tiga unsur kebudayaan,sedangkan DR. J. J. Brandes malah berpendapat bahwa Indonesia memiliki sepuluh unsur kebudayaan ( Asmito, 1988: 29).
Dalam penyebaran kebudayaan India oleh orang-orang India ini tetap tidak meninggalkan upacara keagamaan tradisionalnya dan juga memajukan keagamaannya kepada masyarakat dan penguasa setempat, sebagai akibatnya pengaruhnya juga begitu mendalam yaitu bahasa Sansekerta klasik yang dipakai dalam Ramayana dan Mahabarata serta Purana menjadi inspirasi dasar untuk perkembangan kebudayaan daerah setempat, bahkan huruf India (Pallawa) juga dipakai oleh bangsa-bangsa di Asia Tenggara kecuali bangsa Melayu dan Vietnam karena ke dua negara ini menganut agama Islam.
Walaupun pengaruh kebudayaan India dirasa sangat besar tetapi semua itu ternyata tidak berpengaruh terhadap peradaban istana di Indonesia yang di-India-kan dimana kebudayaan India tidak seluhnya menguasai pusat kebudayaan Indonesia yang cukup kuat seperti halnya di Jawa dan Kamboja. Bangsa-bangsa Asia Tenggara yang timbul berbeda keadaannya diantara mereka dalam pemakaian bentuk-bentuk kebudayaan India dan mereka menghidupkan kembali peradaban sebelum datangnya pengaruh dari India. Banyak kebudayaan yang di tolak karena tidak bisa dipertanggung jawabkan antara lain sistem kasta dan perbudakan terhadap wanita. Pada jaman krisis sosial tingkah laku tradisional memegang peranan penting ini oleh Q. Wales disebut “kelembaman” yang diaktifkan, sebagai faktor yang terpilih adalah Local Genius yang menentukan pemilihan aspek-aspek pola kebudayaan yang sesui dengan kebudayaan sendiri. Selain penjelasan diatas pencampuran atau akulturasi kebudayaan dapat terjadi apabila ada dua kebudayaan masyarakat atau bangsa yang masing-maing memiliki kebudayaan tertentu dan saling berhubungan, perhubungan itu yang menyebabkan terjadinya difusi kebudayaan (Lintan dalam Ayatrohaedi, 1986: 324-326).
Di dalam proses sebaran kebudayaan selalu dapat diperhatikan dua kemungkinan yaitu menerima atau menolak masuk budaya asing. Dalam hal menerima dan menolak pengaruh asing yang amat berperan adalah pola kebudayan dari kedua masyarakat atau bangsa yang bertemu, jika ada pola yng sama atau hamper sama kemungkinan menerima pengaruh budaya asing tersebut tentunya lebih besar,sebaliknya apabila tidak ada kesamaan pola kebudayaan dari kedua masyarakat atau bangsa maka kemungkinan menolak pengaruh kebudayaan asing itu lebih besar. Dalam proses pencampuran kebudayaan pernan kepribadian kebudayaan sangat penting karena akan menentukan sifat dan bentuk dari proses perkembangan selanjutnya dan kebudayaan lokal juga menjadi filter dalam menerima pengaruh kebudayaan asing (Sjafei dalam Ayatrohaedi, 1986: 97-98)

LANJUTAN ARTIKEL KLIK DISINI

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |