Hubungan India dengan Asia Tenggara sudah terjadi sejak abad III SM. Bukti pertama tentang pengaruh India ini ialah terdapat di daerah pantai selatan Vietnam yang sekarang di Utara Istamus Kra, di sana ditemukan mata uang berangkakan 162 SM di Oc-eo dan selain itu terkait dengan kedatangan bangsa India di Asia Tenggara bisa kita lihat dari beberapa faktor yaitu dari faktor topografi.
Asia Tenggara memiliki topografi yang berupa barisan gunung, bentuk sungai, bentuk pantai dan pulau-pulau, semuanya itu mempengaruhi penduduk dalam perkembangan politik, perdagangan dan kebudayaan. Pengaruh India ini berasal dari kota Tampralipti yang merupakan sebuah pelabuhan penting yang terdapat di sebelah utara dan dari sinilah perahu-perahu India pergi ke kawasan Asia Tenggara. Selain dari Tampralipti masih ada pelabuhan yang lainnya seperti Orrisa (Kalingga zaman dulu), pelabuhan Puri, pelabuhan Berwada di daerah Amaravati, di Madras terdapat pelabuhann Mamallapura, dan pelabuhan penting lain seperti Kancipuradan dan juga Negapatan.
Selain dari faktor topografi, faktor angin berperan dalam masuknya pengaruh kebudayaan India di Asia Tenggara. Proses pelayaran India ke Indonesia tidak begitu sulit karena kepulauan Indonesia membentang di sebelah timur India kelanjutan dari daratan Asia Tenggara. Para pelaut cukup mengarahkan haluan ke arah timur dan berlayar dengan angin musim yang sedang berhembus dari buritan, sedangkan untuk perjalanan pulang mereka cukup menunggu angim musim yang berhembus ke arah yang berlawanan. Dengan teknologi pelayaran yang telah dikembangkan di Asia Barat, tidaklah menjadi sulit untuk melakukan pelayaran ke kawasan Asia Tenggara. Pelayaran yang dilakukan ini tidak hanya dilakukan dengan perahu kecil tetapi juga dipakai kapal-kapal kayu yang berukuran beberapa ton sehingga dapat memuat sampi dua ratus orang (Poesponegoro dan Notosusanto, 1992: 9).
Pada masa kuno hubungan antara bangsa di Asia Tenggara dengan India sudah terjalin sebagai contohnya seperti Birma dengan India dimana pada waktu itu faktor topografi sudah dapat mengubah sistem perdagangan yang ada yaitu terdapatnya pegunungan yang merintangi Birma dan India untuk melakukan perdagangan darat sehingga Birma dan India menggunakan jalur laut dalam proses perdagangannya (SATL), sehingga paling tidak sudah dapat kita ketahui Birma dan India sudah mengembangkan sistem perdagangan (perdagangan laut) guna menunjang kehidupan ekonomi mereka.
Dalam proses Indianisasi di Asia Tenggara perdagangan memegang peranan penting dan juga memberikan pengaruh secara terus menerus terhadap perdagangan di Asia Tenggara, pedagang-pedagang dari kedua belah pihak tentunya sudah mengunjungi pelabuhan-pelabuhan mereka masing-masing bahkan tampaknya koloni-koloni kecil pedagang-pedagang India yang telah ada di Asia Tenggara jauh sebelum masuknya kebudayaan yang manapun, sehingga dalam perkembangannya perdagangan memberikan pengaruh yang kuat terkait dengan pemerintahan, keagamaaan, serta kebudayaan yang dibawa oleh bangsa India ke kawasan Asia Tenggara.
Perdagangan di Asia Tenggara terkait dengan bangsa India disebabkan juga oleh faktor musim dimana perdagangan laut secara tradisional mengikuti gerakan yang ditentukan oleh datang dan berakhirnya angin musim setengah tahun yang terdapat pada dua sisi Semenanjung Asia Tenggara. Proses Indianisasi di beberapa daerah berbeda satu sama yang lainnya tetapi walaupun terdapat perbedaaan tetap saja memiliki kesamaan yaitu proses Indianisasi ini berjalan secara damai dan tidak berbau politik karena penyebaran kebudayaaan India dalam proses awalnya hanya berdagang semata karena alasan inilah mengapa kebudayaan India dapat berasimilasi dan disukai oleh penguasa (raja) dan masyarakat setempat (Soeparyo, 1973: 37).
Para ahli juga menyimpulkan dengan adanya proses perdagangan ini, mengakibatkan para pedagang India menikah dengan masyarakat pribumi dan mulai menyebarkan kebudayaan India, selain proses perdagangan masih ada juga cara penyebaran kebudayaan India yaitu dengan adanya para Ksatria yang melakukan petualangan yang kemudian melakukan hubungan dengan perkawinan dengan keluarga raja setempat yang memerintah, terkait dengan masalah perdagangan yang nantinya menjadi faktor utama masuknya kebudayaan India di mulai dari pembentukan koloni-koloni di daerah perdagangan dimana setiap daerah tidak akan sama dalam mendapat pengaruh kebudayaan India-nya. Beberapa pusat yang mendapat pengaruh terkuat adalah daerah Jawa Tengah, Mon Dwarawati, Angkor Kamboja dan Pagan Birma.
Selain adanya faktor dari perdagangan dan Ksatria masih ada satu lagi faktor yang membantu masuknya kebudayaan India di Asia Tenggara yaitu para Brahmana yang juga mengambil peran dalam masuknya kebudayaan India dan dapat berkembang di Asia Tenggara, seperti halnya para pemimpin lokal memakai jasa pendeta India (Brahmana) yang cakap dalam hal-hal gaib untuk berhubungan dengan dengan dewa-dewa dan juga dikarenakan bahwa para Brahmana-lah pemegang kebudayaan yang tinggi dari orang-orang India.
Pernyataan diatas sesuai dengan beberapa teori tentang masuknya pengaruh kebudayaan India di Indonesia khususnya, yaitu teori:
1. Teori Brahmana
Teori ini menyebutkan persebaran kebudayaan India di Indonesia di bawa oleh Brahmana dari India guna melakukan perjalanan suci menyebarkan agamanya.
2. Teori Ksatria
Bahwa dalam masa lampau terjadi sebuah kontelasi antara Indonesia dengan para Ksatria yang mengungsi dari India sebagai akibat peperangan yang terjadi di India. Teori ini didukung denan adanya sebuah peperangan antar dinasti di India sehinga mengakibatkan para kelompok bangsawan menyingkir keluar dari India.
3. Teori Waisya
Teori yang masuknya pengaruh kebudayaan India di Indonesia ini di bawa oleh para pedagang yang aktif melakukan perdagangan di Indonesia. Kenyataan ini di dukung dengan adanya data bahwa terjadi perdagangan yang pesat antara kawasan India-Indonesia-Cina (Noerwidi, 2007: 47-48 ).
Keseluruhan pernyataaan dari teori-teori yang dipakai untuk menelaah masuknya kebudayaan India ke Indonesia ini dapat juga dapat dipakai untuk menelaah masuknya pengaruh India ke Asia Tenggara melalui jasa para pedagang, Ksatria dan juga oleh para Brahmana.
Seperti penjelasan di atas memang masuknya pengaruh India di Asia Tenggara khususnya Indonesia memang dapat ditinjau dari ke tiga teori bahkan menurut Bosch ada satu lagi siapa yang menyebarkan kebudayaan India. Bosch mengemukakan pendiriannya bahwa proses akulturasi antara kebudayan India, Cina dan Indonesia juga sambil berusaha untuk merekonstruksi cara manusia-manusia pembawa unsur kesenian tersebut berinteraki satu sama lainnya, dalam rangka itu pendirian Boch adalah bahwa unsur-unsur kebudayaan India mula-mula di bawa oleh para cendekiawan serta agamawan ke Cina dan negara-negara di Asia Tenggara khususnya Indonesia (Koentjaraningrat dalam Ayatrohaedi, 1986: 81-82).
George Coedes dalam proses studinya menyebutkan bahwa negara-negara yang di Hindukan dengan masyarakatnya merupakan penerima pasif kebudayaan India yang bersifat dinamis, G. Coede menyebutkan juga penerimaan agama Hindu di Asia Tenggara dikarenakan adanya kesamaan adanya kebudayaan asli (Asia Tenggara) dengan kebudayaan India yang akhirnya mudahnya agama Hindu untuk masuk dan menyebar di kawasan Asia Tenggara (Soeparyo, 1973: 37).
LANJUTAN ARTIKEL KLIK DI SINI
1 komentar:
gan kalo boleh tau sumber2nya mana aja ya
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.