Dalam perilaku pemilih didalamnya tidak
lepas dari individu aktor pemilih, agregasi politik dan tifologi kepribadian
politik. Adapun individu aktor politik meliputi aktor (pemimpin, aktivitas
politik, dan individu warga negara biasa. Agregasi adalah individu aktor
politik secara kolektif, seperti kelompok kepentingan, birokrasi, partai
politik, lembaga-lembaga pemerintahan, dan bangsa, sedangkan yang dipelajari
dalam tipologi kepribadian politik adalah tipe-tipe kepribadian pemimpimpin
otoriter, Machiavalist dan demokrat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
prilaku politik pemilih masyarakat menurut Surbakti (1992:16) adalah:
1.
Lingkungan sosial poltik taklangsung,
seperti sistem politik, ekonoi, sistem kebudayaan media massa.
2.
Lingkungan sosial politik langsung yang
mempengaruhi dan membentuk kepribadian masyarakat seperti keluarga, agama,
sekolah, dan kelompok pergaulan.
3.
Struktur kepribadian yang tercermin
dalam sikap individu.
4.
Faktor lingkungan sosial politik
langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi masyarakat secatra
langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan, sepri cuaca, keadaan keluarga,
keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana kelompok dan ancaman dengan segala
bentuknya.
Dari lingkungan sosial politik langsung
masyarakat mengalami sosialisasi langsung dan internalisasi nilai dan norma
masyarakat, termasuk nilai dan nirma kehidupan
bernegara dan pengalaman-pengalaman hidup pada umumnya. Dimana faktor
lingkungan sosial politik yang berupa sosialisasi internalisasi dan politisasio
Selain itu faktor lingkungan sosial politik taklangsung juga mempengaruhilingkungan
sosial politik langsung berupa situasi. Faktor lingskungan sosial berupa
sosialisasi, internalisasi dan politisasi akan mempengaruhi struktur
kepribadian atau sikap perilaku masyarakat.
Perilaku
politik suatu masyarakat juga bisa dipengaruhi oleh adanya unsur-unsur
kekuasaan. Seorang pemimpin sebagai pemilik kekuasaan bisa mempengaruhi,
bahakan menciptakan dan menggiring pengikut, menjadi provokator pengikut,
sehingga para pengikut dapat mempengaruhi pemimpin yang diinginkan. Sebaliknya
seorang pengikut dapat mempengaruhi pemimpin, bisa memberikan bisikan, dan
menyuruh untuk memeprtahankan kekuasaan dan bahkan bisa menjatuhkan
kekuasaannya (Hidayat, 2002: 44). Beberapa unsur kekuasaan yang dapat
berpengaruh terhadap perilaku seseorang menurut Hidayat adalah:
Influence
Unsur influence merupakan suatu unsur
kekuasaan yang dilakukan dengan meyakinkan dan beragumentasi terhadap para
pengikut, sehingga bisa mengubah tingkah laku atau perilaku seseorang.
Persuation
Unsur persuation adalah kemampuan untuk
meyakinkan orang dengan cara aosialisasi atau persuasi baik positif atau
negatif sehingga bisa timbul unsur manipulasi dan pada akhirnya bisa berakibat
adanya desasaka.
Coercion
Coercion berati emngambil tindakan
desakan dan kekuatan terhadap sesorang atau kelompok orang agar mengikuti apa
yang diinginkannya.
Force
Unsur kekuasaan yang mengedepankan
danya kekuatan massa termasuk dengan kekuatan milietr untuk mengubah perilaku
seseorang atau sekelompok orang.
Perilaku masyarakat bisa juga
dipengaruhi oleh budaya politik suatu mayarakat. Menurut Widjaja (1988:26)
perubahan yang terjadi dalam ilmu politik terutama yang berhubungan dengan
politik perbandingan adalah behavioral approach (pendekatan perilaku). Menurut
David Apter dalam budaya politik massa
rakyat megharapkan para elite pemerintahan dapat mengatur dan menyediakan
segala kehidupan rakyat. Akibatnya kepemimpinan pemerintah cenderung
mempertajam sentralisasi, seperti monolitik dalam mengatur kegiatan ekonomi.
Dalam kondisi demikian masyarakat hanya aktif bisa ada mobilisasi massa untuk
patuh mengikuti pimpinan sepenuhnya.
Pemeritnah yang kuat dan disetai dengan
kepastian yang kuat dari rakyat, biasanya mempunyai budaya politik yang menurut
apter bersifat agama politik (political
religion). Budaya politik tersebut merupakan usaha pencampuran politik
dengan ciri-ciri keagamaan, dimana kedua bidang kehidupan tersebut merupakan
kekautan paling dominan dalam masyarakat tradisional.
Dengan
demikian budaya politik dibentuk oleh sikap individu dan masyarakat dan pada
akhirnya juga akan membentuk sikap dan tingkah laku masyarakat. Kepasifan
masyarakat terhadap pimpinan pemerintahan justru akan membentuk agama politk
yang pada akhirnya membentuk pola tingkah laku masyarakat yang cenderung
irasional. Dalam hal ini masyarakat akan bertingkah laku mengikuti apa yang
dilakukan orang/pimpinan yang diikutinya, sehingga perilaku masyarakat tidak
dibentuk oleh dirinya sendiri namun telah dibentuk oleh individu atau kelompok
lain.
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.