Tuesday, February 5, 2013

Interaksi Sosial dalam Masyarakat Majemuk (Qaharudin)




Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial yang  membentuk sistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek kebudayaan. Interaksi sosial diartikan oleh beberapa ahli, di antaranya adalah Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2004:61) mengartikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok-kelompok, maupun antara individu dengan kelompok.
Menurut Soerjono Soekanto (dalam Tutik, 2008:51-53), mengadakan hubungan sosial merupakan kebutuhan primer manusia sebagai makhluk sosial, yang dilakukan untuk mendapatkan kepuasan dalam mengadakan hubungan serta mempertahankan hubungan (kebutuhan inklusi), pengawasan dan kekuasaan (kebutuhan kontrol), serta cinta kasih sayang (kebutuhan afeksi). Interaksi sosial terjadi dan menimbulkan situasi sosial, yaitu suatu situasi yang di dalamnya terdapat hubungan-hubungan sosial yang disebabkan adanya naluri untuk hidup bersama, keinginan untuk menyesuaikan diri dengan pihak lain, dan keinginan menyesuaikan diri dengan alam. Proses interaksi sosial tersebut berlangsung menurut suatu pola yang didasarkan pada lima hal, yaitu kebutuhan nyata, efisiensi, efektifitas, penyesuaian diri pada kebenaran, penyesuaian dengan kaidah-kaidah yang berlaku, dan tidak memaksakan diri.
Proses interaksi sosial terjadi karena beberapa faktor. Pertama adalah faktor imitasi yang merupakan faktor kemampuan seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, selain itu juga bisa membuat seseorang berlaku menyimpang jika salah meniru tindakan. Kedua, faktor sugesti yang ada pada saat seseorang memberikan pandangan yang diterima oleh orang lain, sebagai contoh adalah apa yang dilakukan oleh seorang mentalis terhadap seseorang ataupun seperti yang dilakukan oleh seorang motivator kepada orang yang sedang “sakit mental”. Ketiga, faktor identifikasi merupakan kecenderungan pada diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain yang dianggap lebih baik, yang dilakukan secara sengaja ataupun secara tidak sadar. Keempat,  faktor simpati yang merupakan bentuk perasaan untuk tertarik dengan pihak lain dan ingin memahami pihak lain tersebut sebagai upaya untuk menjalin kerjasama. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar minimal dari proses interaksi sosial (Soekanto, 2004:63-64).
Menurut Soerjono Soekanto (2004:64-67), suatu interaksi sosial terjadi apabila memenuhi dua syarat, yaitu ada kontak sosial dan ada komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari proses interaksi sosial, yang bisa terjadi dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antara individu dengan kelompok, dan antara satu kelompok dengan kelompok lain. Kontak sosial di sini tidak hanya bersifat langsung (bertemu), tapi juga bisa terjadi secara tidak langsung (melalui media, misal telefon, surat, dll). Komunikasi bisa diartikan bahwa seseorang memberi arti pada perilaku orang lain baik berupa pembicaraan, sikap dan tanda simbolik yang lain, yang kemudian diberi reaksi oleh orang yang bersangkutan.
Interaksi sosial yang terjadi pada mayarakat majemuk bersifat lebih komplek, karena menghubungkan antar individu, antar kelompok, antar suku yang berbeda-beda. Menurut Royce (1982) dalam Usman Pelly (1989: 1-2), ada tiga faktor yang menentukan corak hubungan dalam masyarakat majemuk, yaitu kekuatan sebagai kelompok dominan, persepsi terhadap masyarakat itu sendiri maupun terhadap kelompok lain (stereotype), dan tujuan berinteraksi. Untuk kekuatan sebagai kelompok dominan lebih utama dibanding dua faktor lainnya. Kekuatan sebagai kelompok dominan didapat dari kekuatan ekonomi dan penguasaan terhadap sumber daya alam, ideologi yang dicirikan dari budaya yang dimiliki dan hak historis yang menunjukkan penduduk asli dan penduduk pendatang.
Secara umum kelompok dominan diposisikan sebagai “wadah pembauran” kelompok lain, sehingga orientasi akulturasi kelompok minoritas adalah budaya kelompok dominan yang digunakan dalam kehidupannya sehari-hari untuk dapat diterima sebagai bagian dari masyarakat. Meskipun demikian kehidupan dalam intern kelompok etnis minoritas masih mempertahankan identitas mereka, seperti penggunaan bahasa kelompok dan tradisi lain yang dianggap perlu untuk dipertahankan sebagai wujud kesetiaan primordial terhadap kelompok. Pemertahanan identitas ini dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa kelompok ini masih bisa bertahan ditengah kemajemukan masyarakat, dan juga sebagai bentuk pengukuhan kesetiaan terhadap anggota kelompok. Menurut hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam perkembangannya kelompok minoritas generasi kedua atau generasi ketiga mengalami pemudaran identitas primordial karena terlalu intens terhadap budaya kelompok dominan (Pelly, U.1989:3) 
Oleh karena itu dibutuhkan hubungan yang selaras antara suku bangsa dan golongan di masyarakat majemuk seperti yang ada di Negara Indonesia. Untuk membina proses hubungan yang selaras antar suku bangsa dibutuhkan perhatian terhadap aspek-aspek berikut:
a)       Sumber-sumber konflik yang ada pada hubungan antar suku bangsa, seperti persaingan dalam ekonomi dan politik, pemaksaan budaya oleh suku bangsa tertentu, pemaksaan agama terhadap orang lain, pendominasian suatu bidang oleh suku bangsa tertentu, dan terakhir adalah permusuhan suku bangsa karena adat.
b)       Potensi untuk bertoleransi atau bekerjasama yang berupa kerjasama di bidang sosial ekonomi sebagai akibat keadaan yang saling membutuhkan antara suku bangsa, dan juga keberadaan pihak ketiga sebagai penetralisir keadaan hubungan antara suku bangsa.
c)       Sikap dan pandangan dari suku bangsa terhadap suku bangsa lain, suku bangsa dominan terhadap suku bangsa minoritas, dan suku bangsa minoritas terhadap suku bangsa dominan.
d)       Tingkat sosial budaya masyarakat saat hubungan antara suku bangsa berlangsung, apakah itu di desa, di kota kecil, kota besar atau di tingkat negara (Koentjaraningrat, 2004:383-386)

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |