Thursday, April 25, 2013

ASPEK ASPEK INTERAKSI SOSIAL




A. Pendahuluan
Interaksi social merupakan proses awal penyesuaian nilai-nilai
dalam kehidupan social. Kemudian meningkat menjadi semacam
pergaulan, baik dengan pertemuan fisik maupun pergaulan yang
dilandasi rasa saling mengerti tentang maksud, tujuan, dan keinginan
masing-masing pihak dalam hubungan social. Hubungan social ini
terjadi berdasarkan status atau kedudukan social. Relasi sosial terjadi
pula berdasarkan peranan atau fungsi yang dipegang setiap orang.
Setiap fungsi merupakan tempat pertemuan dan pertukaran jasa.
Sebagian besar interaksi dan komunikasi di dalam masyarakat berupa
relasi social yang terjadi seputar kedudukan ( pangkat ) yang tidak
terpisahkan dari tugas dan kewajiban yang melekat pada kedudukan
itu. Asas pertukaran itu adalah do ut des ( saya memberi saudara dan
saudara harus memberi saya.)



B. Aspek Interaksi Sosial
Adapun aspek-aspek dalam hubungan social adalah sebagai
berikut :

1. Adanya hubungan
Setiap interaksi terjadi karena adanya hubungan antar individu
dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan
kelompok. Hubungan individu dengan individu ditantai antara lain
dengan tegur sapa, berjabat tangan atau bahkan bertengkar.
Contoh hubungan antar individu di lingkungan sekolah seperti
interaksi antara kepala sekolah dengan guru, hubungan individu
dengan kelompok dapat dilihat interaksinya saat guru dengan
siswa di dalam kelas, sedangkan hubungan kelompok dengan
kelompok dapat dilihat interaksinya saat organisasi dalam
lingkungan di sekolah.

2. Ada individu
Setiap interaksi social menuntut adanya individu-individu yang
berhubungan,.hubungan social itu terjadi karena adanya peran
serta dari individu satu dengan yang lain secara individu atau
kelompok.

3. Ada tujuan
Setiap individu dalam berinteraksi memiliki tujuan seperti
mempengaruhi individu lain, misalnya saat guru mempengaruhi
siswa di dalam kelas.

4. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok.
Dalam interaksi social terdapat hubungan struktur dan fungsi
kelompok. Individu di dalam kehidupannya tidak terlepas dari
individu lain, oleh karena itu individu dikatakan sebagai makhluk
social yang memiliki fungsi dalam kelompoknya. Misalnya, untuk
menciptakan suasana belajar yang baik dan lancer maka semua
warga sekolah berpartisipasi aktif dalam meningkatkan interaksi
social dalam lingkungan sekolah, karena setiap individu pada
dasarnya mempunyai hubungan dengan struktur fungsional.

C. Pentingnya diri sendiri
Konsep diri seseorang berubah lebih lambat, menunjukkan
ketegangan atas hubungan yang dirasakan oleh individu sebagai fakta
yang tidak terhindari. Konsep diri seseorang di uji dan didukung dalam
berbagai situasi interaksi. Konsep diri individu adalah satu-satunya
kunci dalam mengerti situasi social, karena itulah konsep ini bukan
hanya merupakan produk interaksi, tapi juga penentu jalannya
interaksi. Cara terbaik untuk hal ini adalah dengan membuat konsep
diri social yang konsisten dengan generalized other.

Diri sendiri adalah sesuatu yang sama seperti dilakukan dalam
interaksi dan mendapatkan pembagian peran dalam interaksi tersebut,
diri sendiri adalah sebuah obyek karena :

1. Komunikasi
Manusia adalah masyarakat dalam bentuk miniature, sebab ketika
dia berkomunikasi dengan dirinya sendiri, dia biasa menjadi subyek
dan sekaligus obyek. Dalam berkomunikasi dengan diri sendiri
itulah, maka manusia berpikir, menunjuk segala sesuatu,
menginterpretasikan situasi, berkomunikasi dengan dirinya sendiri
dengan cara-cara berbeda.

2. Analisis situasi
Seorang individu harus menganalisis situasi untuk tindakan apa
yang akan diambil.. Diri sendiri adalah tambahan dalam situasi..
Kenyataannya, diri sendiri merupakan subyek paling utama dalam
situasi tersebut, sebab dia adalah satu-satunya yang paling dikenal
oleh dirinya sendiri.. Ini merupakan cara untuk mengerti orang lain
dan menilai pengaruhnya terhadap kita. Kita akan bertindak
terhadap orang lain berdasarkan gambaran bagaimana tindakan
tersebut akan mempengaruhi diri kita sendiri.

3. Pengendalian diri
Diri sendiri adalah obyek terbuka. Kita berpeluang untuk melakukan
manipulasi terhadapnya. Diri sendiri dalam hal ini adalah obyek
yang akan kita arahkan, kita pengaruhi dan akan kita kendalikan.
Obyek di luar sana kita manipulasi, dan kita juga melakukan hal
yang sama dengan diri kita sendiri. Penting sekali bagi individu
untuk memiliki diri sendiri, sebab individu memiliki kemampuan
untuk memerintah dirinya sendiri, mengendalikan dan
mengarahkan dirinya sendiri.. Itulah apa yang dimaksud dengan
pengendalian diri ( self control ) atau pengaruh diri ( self direction )
Individu dalam hal ini tidak hanya merespon secara pasif perintahperintah,
namun juga menahan tindakan, mempertinbangkan
pilihan-pilihan, bertindak dengan tenang atau agresif. Mengarahkan
seseorang berarti menunjuk pada seseorang dan memberikan
perintah. Pengendalian dan pengerahan diri ini membuat kita bisa
menyatukan tindakan kita dengan tindakan orang lain, dan arena
itu, kita dapat mengerjakan hal-hal yang bersifat kooperatif.

4. Penilaian diri
Ketika individu berpikir tentang dirinya sendiri, maka sebenarnya
dia juga sedang melakukan penilaian atas gambaran yang ia
dapat dari proses tadi. Diri sendiri sebagai obyek adalah sesuatu
yang harus dinilai dan dievaluasi. Penilaian itu bisa berupa “
diterima “ atau “ ditolak “; “ dibenci “ atau “ dicintai “
Ketika individu berpikir tentang dirinya sendiri, maka sebenarnya
dia juga sedang melakukan penilaian atas gambaran yang ia
dapat dari proses tadi. Diri sendiri sebagai obyek adalah sesuatu
yang harus dinilai dan dievaluasi. Penilaian itu bisa berupa “
diterima “ atau “ ditolak “; “ dibenci “ atau “ dicintai “
Namun tidak semua orang yang berinteraksi dengan kita,
perspektifnya bias kita terima. Karena manusia adalah makhluk
sosial yang perspektifnya terbentuk melalui komunikasi, maka
criteria untuk mengevaluasi diri lebih bersifat cultural.
Interaksionisme simbolis, dengan demikian merupakan suatu studi
untuk mempelajari hubungan antara penilaian orang lain dan
penilaian diri kita sendiri.. Hal ini diakibatkan karena
interaksionisme simbolis tampaknya merupakan perspektif yang
paling dekat dengan kehidupan manusia itu sendiri. Penilaian diri
sendiri terbentuk melalui interaksi dengan orang lain

5. Diri sendiri dan Identitas
Dengan mengidentifikasikan diri kita sendiri dalam pelbagai
kelompok atau kategori social, misalnya saya adalah wanita, saya
adalah laki-laki, maka hal ini merupakan kategori social yang valid
di mana didalamya merujuk pada kenyataan bahwa wanita atau
laki-laki akan memunculkan kelompok referensi yang penting.
Dalam berhubungan dengan orang lain, maka identitas sebagai
wanita atau laki-laki adalah identitas yang penting, dan akan
menentukan arah interaksi selanjutnya.

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |