A. Pendahuluan
Berlangsungnya suatu proses interaksi
yang didasarkan pada
pelbagai factor, antara lain, factor
imitasi, sugesti, identifikasi, dan
simpati. Faktor-faktor tersebut dapat
bergerak sendiri-sendiri secara
terpisah maupun dalam keadaan yang
bergabung. Apabila masingmasing
ditinjau secara lebih mendalam, maka
factor imitasi misalnya,
mempunyai peranan yang sangat penting
dalam proses interkasi
social.
Salah satu segi positifnya adalah
bahwa imitasi dapat
mendorong seseorang untuk mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai
yang berlaku. Namun demikian, imitasi
mungkin pula mengakibatkan
terjadinya hal-hal yang negative,
misalnya, yang ditiru adalah tindakantindakan
yang menyimpang. Kecuali daripada itu,
imitasi juga dapat
melemahkan atau bahkan mematikan
pengembangan daya kreasi
seseorang.
B. Faktor yang
mempengaruhi interaksi sosial
Pada interaksi social terdapat
factor-faktor yang mempengaruhi
interaksi social tersebut, yaitu :
1. Faktor yang
menentukan berhasil atau tidaknya iteraksi sosial,
diantaranya adalah :
a. Situasi sosial
Situasi social memberi bentuk tingkah
laku terhadap individu yang
berada dalam situasi tertentu.
Misalnya, apabila mendatangi orang
yang sedang berduka, pola interaksi
yang digunakan harus
berbeda dengan pola interaksi yang
dilakukan ketika berinteraksi
dalam keadaan yang riang atau gembira.
Karena setiap orang atau
individu harus menyesuaikan diri
dengan situasi yang sedang
dihadapi.
b. Kekuasaan
norma-norma kelompok
Kekuasaan norma-norma kelompok sangat
berpengaruh terhadap
terjadinya interaksi social antar
individu. Misalnya, individu yang
mentaati norma-norma yang ada dalam
suatu lingkungan
bermasyarakat, setiap berinteraksi
tidak akan membuat kekacauan,
berbeda dengan individu yang tidak
menaati norma-norma yang
berlaku, individu tersebut pasti akan
menimbulkan kekacauan
dalam kehidupan sosialnya. Karena
kekuasaan norma berlaku
untuk semua individu dalam kehidupan
social.
c. Ada tujuan
kepribadian yang dimiliki masing-masing individu
Dengan adanya kepribadian yang
dimiliki masing-masing individu
akan berpengaruh terhadap perilakunya.
Misalnya, di dalam
berinteraksi setiap individu atau
orang pasti memiliki tujuan, hal ini
dapat dilihat saat seseorang siswa
berinteraksi dengan gurunya
dengan tujuan untuk menuntut ilmu di
dunia sekolah.
d. Setiap individu
berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi
yang bersifat sementara.
Pada dasarnya status dan kedudukan
yang dimiliki oleh setiap
individu bersifat sementara. Misalnya,
kepala sekolah dan guru,
hubungan terlihat adanya jarak antara
seseorang yang tidak
memiliki kedudukan dalam suatu
kelompok sosialnya.
e. Adanya penafsiran
situasi
Setiap situasi individu mengandung
arti bagi setiap individu
sehingga mempengaruhi individu untuk
melihat dan menafsirkan
situasi tersebut. Misalnya, ada teman
yang murung dan suntuk,
individu yang lain harus bisa membaca
situasi yang dihadapannya.
Bagaimanapun individu harus bisa
menyesuaikan diri dengan
keadaan yang sedang dihadapi dan
berusaha untuk membantu
menafsirkan situasi yang tidak
diharapkan menjadi situasi yanh
diharapkan.
2. Faktor Dasar
Interaksi Sosial
Adapun faktor yang mendasari interaksi
social diantaranya
adalah factor imitasi, sugesti,
identifikasi dan factor simpati
a. Faktor Imitasi
Gabriel Tarde berpendapat bahwa
seluruh kehidupan social
itu sebenarnya hanya berdasarkan
factor imitasi ( meniru ). Karena
peranan imitasi dalam intraksi social
itu sangat besar. Misalnya
kebiasaan meniru yang dilakukan anak
kecil terhadap apa yang
dianggapnya sebagai hal yang baru dan
menarik.
Dalam dunia pendidikan dan
perkembangan kepribadian
individu, imitasi ( meniru ) mempunyai
peranan untuk mendorong
perkembangan watak seseorang. Imitasi
dapat mendorong individu
atau kelompok untuk melaksanakan
perbuatan yang baik.
Selanjutnya apabila seseorang telah di
didik dalam suatu tradsisi
tertentu, yang melingkupi segala
situasi social, maka orang tersebut
akan memiliki “ kerangka cara
bertingkah laku dan sikap dan moral
“ yang dapat menjadi pokok pangkal
untuk memperluas
perkembangan yang positif. Salah satu
segi positifnya adalah
imitasi yang mendorong seseorang untuk
memenuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku. Namun
demikian, imitasi dapat juga
menyebabkan terjadinya hal-hal yang
negative, misalnya yang ditiru
adalah tindakan-tindakan yang
menyimpang. Selain itu imitasi
dapat juga melemahkan atau bahkan
mematikan kreativitas
seseorang.
b. Faktor Sugesti
Faktor sugesti memegang peranan yang
penting dalam
pembentukan norma kelompok, prasangka
social, norma soasial,
norma politik dan sebagainya. Sebab,
kebanyakan orang tingkah
lakunya berpedoman pada adat kebiasaan
dan lingkungan
sekitarnya. Sugesti dalam ilmu jiwa
social dapat dirumuskan
sebagai suatu proses seseorang atau
individu menerima suatu cara
atau pedoman-pedoman tingkah laku dari
orang lain tanpa adanya
kritik terlebih dahulu. Proses sugesti
dapat terjadi apabila orang
yang memberikan pandangan adalah orang
yang berwibawa atau
mungkin karena sifatnya yang otoriter.
Misalny, eseorang yang
dibawa ke dokter, ketika sampai di
rumah sudah sembuh meskipun
belum minim obat.
c. Faktor Identifikasi
Identifikasi menurut Freud adalah cara
seorang anak belajar
norma social dari orang lain, proses
identifikasi terjadi di seluruh
norma, sikap, tingkah laku yang
dianggap dapat dijadikan norma,
cita-cita dari anak itu sendiri.
Identifikasi sifatnya lebih mendalam
daripada imitasi dan sugesti, karena
kepribadian seseorang dapat
terbentuk atas dasar proses ini.
Proses identifikasi dapat berlangsung
dengan sendirinya (
secara tidak sadar ), maupun dengan
sengaja karena kebiasaan
seseorang menggunakan atau meniru hal
tertentu dari orang yang
sangat di kenalnya atau di segani
dalam kehidupan sehari-harinya,
misalnya tentang pedoman hidupnya,
sikap atau tingkah lakunya
sampai akhirnya menjiwai hal-hal
tersebut.
Nyatalah bahwa berlangsungnya
identifikasi mengakibatkan
terjadinya pengaruh-pengaruh yang
lebih mendalam daripada
proses imitasi dan sugesti walaupun
ada kemungkinan bahwa pada
mulanya proses identifikasi diawali
oleh imitasi atau sugesti.
d. Faktor Simpati.
Proses simpati merupakan suatu proses
seseorang merasa
tertarik pada fihak lain. Di dalam
proses ini perasaan memegang
peranan walaupun dorongan utama pada
simpati adalah keinginan
untuk memahami fihak lain dengan
tujuan untuk bekerja
sama.Simpati timbul tidak berdasar
logis rasional tetapi
berdasarkan penilaian perasaan,
seperti juga pada proses
identifikasi. Proses simpati akan
dapat berkembang, di dalam suatu
keadaan di mana factor saling mengerti
terjamin.
Menurut Soerjono Soekanto, simpai
merupakan faktor-faktor
minimal yang menjadi dasar dalam
berlangsungnya proses
interaksi social, walaupun dalam
kenyataannya proses tadi
memang sangat kompleks, sehingga
kadang-kadang sulit untuk
mengadakan pembedaan-pembedaan yang
tegas antara factorfaktor
tersebut. Tetapi dapat dikatakan
bahwa, imitasi dan sugesti
terjadinya lebih cepat, namun
pengaruhnya kurang mendalam
apabila dibandingkan dengan
identifikasi dan simpati yang secara
relative agak lebih lambat proses berlangsungnya.
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.