Perkembangan penelitian
dan penulisan sejarah modern telah mulai membiasakan para sejarawan mengenal dan menggunakan sejumlah konsep
konsep baik itu konsep yang sudah ada dalam sejarah itu sendiri maupun konsep
konsep yang diangkat dari ilmu ilmu sosial. Pendekatan
multidimensional/interdisipliner dimaksudkan untuk menganalisis berbagai
peristiwa masa lalu, penggunaan konsep konsep yang relevan dari ilmu sosial
liannya tentunya akan memungkinkan suatu
masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga keluasan dan kedalaman
akan peristiwa tersebut menjadi semakin semakin jelas.
Penggunaan teori dan konsep dari ilmu-ilmu sosial telah
melahirkan tulisan tulisan yang mampu melahirkan menjelaskan sejarah secara
struktural dalam pola-pola sosial dan dinamika ( kuntowijoyo, 1994: 121)
Dibawah ini menunjukan secara skematis posisi hubungan sejarah (konsep-konsepnya)
dengan ilmu-ilmu sosial bersama konsep konsep yang dapat digunakan oleh sejarah setiap waktu jika memang relevan
dengan pokok kajian. Ini menunjukkan suatu “simbiosis mutualisme” antara
sejarah dengan ilmu ilmu sosial.
Contoh : Sejarah di Tengah Sejumlah Konsep Ilmu-ilmu Sosial lain
Adaptasi dari : James
A. Bank. Teaching strategies for social
studies : inquary, valuing, and decison-making. Menlo Park, carlifonia :
Addison Wesley Publishing Company, 1977, halaman 89. (dalam Ismaun 1993 : 123)
Kemudian, bagaimana hubungan timbal balik antara
sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya? Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.
Hubungan
antara sejarah dengan geografi. Dalam peristiwa
sejarah selalu memiliki lingkup temporal dan spasial ; keduanya merupakan
faktor yang membatasi gejala sejarah tertentu
sebagai unit (kesatuan), apakah itu perang, riwayat hidup, kerajaan, dan
lain sebagainya. Adapun terjalinya sejarah dengan geografi yang begitu eratnya
sehingga dapat dikatakan secara kiasan bahwa suatu daerah atau tempat mempunyai
karakteristik karena bekas bekas peristiwa sejarahnya, terutama monumen
monumennya. (Kartodirdjo, 1992: 130)
2.
Hubungan
antara sejarah dengan sosiologi, tercermin dalam ungkapan yang berbunyi "sejarah adalah sosiologi dengan
pekerjaan berat. Sosiologi adalah sejarah tanpa pekerjaan berat". Dalam
perkembangan kedua disiplin saling berhubungan erat, sehingga timbul
jenis-jenis pendekatan interdisipliner antara keduanya. Sebagai contoh dapat
ditunjukkan tentang karya-karya yang sifatnya sosiologis dalam konsep-konsepnya
dan historis dalam penggarapannya. Misalnya: Penulis yang menggunakan
pendekatan sosiologis bahan-bahan sejarah (sociological history) antara
lain: Caulanges, Giots, Pirenne, Maunier, Maitland, Stephenson, Marc Bloch.
Tema yang diambil oleh penulis ini antara lain memusatkan pada lahir dan
berkembangnya masyarakat tertentu, terutama yang berhubungan dengan masalah
demografi, ekonomi, dan perpindahan penduduk. Kesemuanya memusatkan sejarah
Eropa pada periode klasik atau pertengahan. Ada pula yang memusatkan pada
masalah case-study tentang daerah kebudayaan. Contohnya: Howard Beeker,
Jacob Burchard, Max Weber, Toynbee, dan lain-lain.(Indriyanto,
2009 : - )
3.
Hubungan
antara sejarah dengan ilmu politik. Secara konvensional sejarah politik dalam hal ini banyak menampilkan
segi politik secara menonjol. Dalam hubungannya dengan kedua disiplin ini
melahirkan apa yang disebut pendekatan ilmu politik, dan pendekatan
institusional, pendekatan legalistis, pendekatan kekuasaan, pendekatan nilai
dan pengaruh, pendekatan kelompok, dan sebagainya.
4.
Hubungan
antara sejarah dan anthropologi juga erat terutama bagi sejarah karena mendapat manfaat dengan
pendekatan kulturalnya. Anthropologi lazim mengkaji suatu komunitas dengan pendekatan
sinkronis, yaitu seperti membuat suatu pemotretan pada momentum tertentu
mengenai pelbagai bidang atas aspek kehidupan komunitas, sebagai bagian dari
satu kesatuan atau sistem serta hubungan satu sama lain sebagai subsistem dalam
suatu sistem. Rasanya gambaran sinkronis ini tidak memperlihatkan pertumbuhan
atau perubahan. Justru dalam studi anthropologi diperlukan pula penjelasan
tentang struktur-struktur sosial yang berupa lembaga-lembaga, pranata,
sistem-sistem, kesemuanya akan dapat diterangkan secara lebih jelas apabila
diungkapkan pula bahwa struktur itu adalah produk dari perkembangan di masa
lampau. Sebenarnya
semua artifact, socifact, dan mentifact adalah produk historis dan hanya dapat dijelaskan
eksistensinya dengan melacak sejarah perkembangannya. (Kartodirdjo, 1992: 153)
5.
Hubungan
antara sejarah dengan ekonomi.
Sepanjang sejarah modern telah muncul kekuatan-kekuatan ekonomi pasar
internasional maupun nasional. Dengan demikan, juga menyangkut soal metodologis
untuk memahami perkembangan itu. Hubungan antara keduanya memungkinkan sejarah
memperoleh hipotesa-hipotesa dan model-model yang berhubungan dengan tindakan
sosial dalam hubungannya dengan alokasi sumber kehidupan dan pemilihan
alternatifnya. (Indriyanto, 2009 : - ). Dalam sejarah
ekonomi terbagi menjadi 2 aliran yakni yang bermazhab “Perancis Annales“ yang menaruh perhatian terhadap aspek aspek
ekonomi dari masa silam dengan menggunakan data kuantitatif dengan bantuan
teori dan model model ekonomis, sedangkan aliran ke dua “Sejarah ekonomi baru”
penelitian yang dilakukan
menggunakan aspek aspek ekonomi dan teori teori ekonomi yang sudah jauh
berkembang, dimana tokoh tokohnya adalah ahli ahli ekonomi jadi kebalikan dari
sejarawan annales. (Ismaun. 1993:127-128).
6.
Hubungan
antara sejarah dengan psikologi. Kajian
sejarah dengan menggunakan konsep psikologi terbagi menjadi 2 cabang yakni “
sejarah mentalitas’ dan “psikohistory”. (Ismaun. 1993:132). Dalam cerita sejarah aktor selalu mendapat
sorotan yang kuat, baik sebagai individu
maupun sebagai partisipan dalam
kelompok. Aktor dalam kelompok menunjukkan
kelakuan kolektif, suatu gejala yang menjadi objek khusus studi psikologi sosial. Dalam berbagai
peristiwa kelakuan kolektif sangat mencolok, antara lain waktu ada huru hara,
massa mengamuk gerakan protes dan lain sebagainya. Konsep konsep psikologi
sosial dapat mepertajam analisis sehingga dapat dihasilkan microhistori
sampai pada tingkat kelakuan individual dan kolektif dalam komunitas kecil.
Sejarah karya Rude, The Crow in the France Revolution sangat berhasil
sebagai model pendekatan psikologi sosial. ((Kartodirdjo, 1992: 139-141)
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.