Saturday, April 20, 2013

Sejarah di Tengah Sejumlah Konsep Ilmu ilmu Sosial lain




           Perkembangan penelitian dan penulisan sejarah modern telah mulai membiasakan para sejarawan  mengenal dan menggunakan sejumlah konsep konsep baik itu konsep yang sudah ada dalam sejarah itu sendiri maupun konsep konsep yang diangkat dari ilmu ilmu sosial. Pendekatan multidimensional/interdisipliner dimaksudkan untuk menganalisis berbagai peristiwa masa lalu, penggunaan konsep konsep yang relevan dari ilmu sosial liannya tentunya akan  memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga keluasan dan kedalaman akan peristiwa tersebut menjadi semakin semakin jelas.


 
            Penggunaan teori dan konsep dari ilmu-ilmu sosial telah melahirkan tulisan tulisan yang mampu melahirkan menjelaskan sejarah secara struktural dalam pola-pola sosial dan dinamika ( kuntowijoyo, 1994: 121)
            Dibawah ini menunjukan secara skematis  posisi hubungan sejarah (konsep-konsepnya) dengan ilmu-ilmu sosial bersama konsep konsep yang dapat digunakan  oleh sejarah setiap waktu jika memang relevan dengan pokok kajian. Ini menunjukkan suatu “simbiosis mutualisme” antara sejarah dengan ilmu ilmu sosial.





Contoh : Sejarah di Tengah Sejumlah Konsep Ilmu-ilmu Sosial lain
Adaptasi dari : James A. Bank. Teaching strategies for social studies : inquary, valuing, and decison-making. Menlo Park, carlifonia : Addison Wesley Publishing Company, 1977, halaman 89. (dalam Ismaun 1993 : 123)
Kemudian, bagaimana hubungan timbal balik antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya? Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.     Hubungan antara sejarah dengan geografi. Dalam peristiwa sejarah selalu memiliki lingkup temporal dan spasial ; keduanya merupakan faktor yang membatasi gejala sejarah tertentu  sebagai unit (kesatuan), apakah itu perang, riwayat hidup, kerajaan, dan lain sebagainya. Adapun terjalinya sejarah dengan geografi yang begitu eratnya sehingga dapat dikatakan secara kiasan bahwa suatu daerah atau tempat mempunyai karakteristik karena bekas bekas peristiwa sejarahnya, terutama monumen monumennya. (Kartodirdjo, 1992: 130)

2.     Hubungan antara sejarah dengan sosiologi, tercermin dalam ungkapan yang berbunyi "sejarah adalah sosiologi dengan pekerjaan berat. Sosiologi adalah sejarah tanpa pekerjaan berat". Dalam perkembangan kedua disiplin saling berhubungan erat, sehingga timbul jenis-jenis pendekatan interdisipliner antara keduanya. Sebagai contoh dapat ditunjukkan tentang karya-karya yang sifatnya sosiologis dalam konsep-konsepnya dan historis dalam penggarapannya. Misalnya: Penulis yang menggunakan pendekatan sosiologis bahan-bahan sejarah (sociological history) antara lain: Caulanges, Giots, Pirenne, Maunier, Maitland, Stephenson, Marc Bloch. Tema yang diambil oleh penulis ini antara lain memusatkan pada lahir dan berkembangnya masyarakat tertentu, terutama yang berhubungan dengan masalah demografi, ekonomi, dan perpindahan penduduk. Kesemuanya memusatkan sejarah Eropa pada periode klasik atau pertengahan. Ada pula yang memusatkan pada masalah case-study tentang daerah kebudayaan. Contohnya: Howard Beeker, Jacob Burchard, Max Weber, Toynbee, dan lain-lain.(Indriyanto, 2009 : - )

3.     Hubungan antara sejarah dengan ilmu politik. Secara konvensional sejarah politik dalam hal ini banyak menampilkan segi politik secara menonjol. Dalam hubungannya dengan kedua disiplin ini melahirkan apa yang disebut pendekatan ilmu politik, dan pendekatan institusional, pendekatan legalistis, pendekatan kekuasaan, pendekatan nilai dan pengaruh, pendekatan kelompok, dan sebagainya.

4.     Hubungan antara sejarah dan anthropologi juga erat terutama bagi sejarah karena mendapat manfaat dengan pendekatan kulturalnya. Anthropologi lazim mengkaji suatu komunitas dengan pendekatan sinkronis, yaitu seperti membuat suatu pemotretan pada momentum tertentu mengenai pelbagai bidang atas aspek kehidupan komunitas, sebagai bagian dari satu kesatuan atau sistem serta hubungan satu sama lain sebagai subsistem dalam suatu sistem. Rasanya gambaran sinkronis ini tidak memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan. Justru dalam studi anthropologi diperlukan pula penjelasan tentang struktur-struktur sosial yang berupa lembaga-lembaga, pranata, sistem-sistem, kesemuanya akan dapat diterangkan secara lebih jelas apabila diungkapkan pula bahwa struktur itu adalah produk dari perkembangan di masa lampau. Sebenarnya semua artifact, socifact, dan mentifact adalah produk historis dan hanya dapat  dijelaskan eksistensinya dengan melacak sejarah perkembangannya. (Kartodirdjo, 1992: 153)

5.     Hubungan antara sejarah dengan ekonomi. Sepanjang sejarah modern telah muncul kekuatan-kekuatan ekonomi pasar internasional maupun nasional. Dengan demikan, juga menyangkut soal metodologis untuk memahami perkembangan itu. Hubungan antara keduanya memungkinkan sejarah memperoleh hipotesa-hipotesa dan model-model yang berhubungan dengan tindakan sosial dalam hubungannya dengan alokasi sumber kehidupan dan pemilihan alternatifnya. (Indriyanto, 2009 : - ). Dalam sejarah ekonomi terbagi menjadi 2 aliran yakni yang bermazhab “Perancis Annales“ yang menaruh perhatian terhadap aspek aspek ekonomi dari masa silam dengan menggunakan data kuantitatif dengan bantuan teori dan model model ekonomis, sedangkan aliran ke dua “Sejarah ekonomi baru”  penelitian yang dilakukan  menggunakan aspek aspek ekonomi dan teori teori ekonomi yang sudah jauh berkembang, dimana tokoh tokohnya adalah ahli ahli ekonomi jadi kebalikan dari sejarawan annales. (Ismaun. 1993:127-128). 


 6.     Hubungan antara sejarah dengan psikologi. Kajian sejarah dengan menggunakan konsep psikologi terbagi menjadi 2 cabang yakni “ sejarah mentalitas’ dan “psikohistory”. (Ismaun. 1993:132).  Dalam cerita sejarah aktor selalu mendapat sorotan  yang kuat, baik sebagai individu maupun sebagai partisipan  dalam kelompok. Aktor dalam kelompok menunjukkan  kelakuan kolektif, suatu gejala yang menjadi objek  khusus studi psikologi sosial. Dalam berbagai peristiwa kelakuan kolektif sangat mencolok, antara lain waktu ada huru hara, massa mengamuk gerakan protes dan lain sebagainya. Konsep konsep psikologi sosial dapat mepertajam analisis sehingga dapat dihasilkan microhistori sampai pada tingkat kelakuan individual dan kolektif dalam komunitas kecil. Sejarah karya Rude, The Crow in the France Revolution sangat berhasil sebagai model pendekatan psikologi sosial. ((Kartodirdjo, 1992: 139-141)


Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |