Friday, April 26, 2013

Sistem Stratifikasi Sosial




Meskipun komunitas manusia tidak dirancang sesuai dengan
rencana namun mereka tetap terorganisir. Ada prosedur-prosedur
yang diakui dalam mencari kerja, namun mengaplikasikan hak dan
prefilege, memasukkan anggota baru dalam kelompok, meminimalkan
persaingan dan konflik, dan membuat peraturan-peraturan. Terlepas
dari perbedaan yang ada manusia mampu bekerjasama dalam
berbagai transaksi dan mampu melaksanakannya secara tepat karena
mereka memiliki pemahaman sama terhadap sesuatu yang semestinya
harus dikerjakan dengan kondisi lingkungan tertentu. Pemahaman
semacam ini, yang dibakukan dalam adat dan hukum disebut norma
konvensional., dan totalitas norma-norma ini menimbulkan struktur
sosial – pola tindakan konkret yang sudah mapan. Cara dimana
manusia diklasifikasikan dan rangking merupakan bagian penting dari
struktur masyarakat.


Disemua masyarakat terdapat klasifikasi pada diri manusia.
Mereka dibedakan satu dengan lainnya dalam hal etnik, budaya, usia,
jenis kelamin, dan kemampuan alamiah. Anak, kecuali mereka terlahir
dengan darah bangsawan, tindakan sepenting kakak-kakaknya dan
tidak memiliki hak prerogatif yang sama.di banyak masyarakat, wanita
diposisikan supordinat, dan orang-orang dengan bakat khusus diberi
tanggung jawab tambahan. Tetapi diluar ini kretiria klasifikasi berbeda
dari satu masyarakat kemasyarakat lainnya. Disebagaian masyarakat,
manusia diklasifikasikan berdasarkan pekerjaan yang mereka lakukan,
sementara dalam masyarakat lain mereka diklasifikasikan berdasarkan
sejarah keluarga mereka (masyarakat feodalis), dan berdasarkan
kepercayaan yang mereka anut (sektarian) terlepas dari ideologi
kesetaraan, berbagai kategori manusia ditempatkan berdasarkan
susunan hierarkies, sebagian dianggap superior dari lainnya. Dengan
demikian tiap-tiap orang diklasifikasikan adalam beberapa cara, tetapi
kriteria yang paling penting adalah kriteria yang menentukan statusnya
dalam masyarakatnya. Beberapa orang menikmati hak-hak tertentu,
imunitas, dan prestige, dan mereka diberi tanggung jawab khusus dan
diklasifikasikan dengan cara tertentu.

Ketika berbicara tentang stratifikasi sosial, para ahli sosiologi
akan merujuk pada ranging kategori masyarakat, bukan rangking
individu karena kategori sosiologi merupakan hasil perbandingan
individu dalam masyarakatnya. Beberapa orang hidupa dalam
kenyamanan sementara lainnya sebagaian hak-haknya tercabut,
bukan karena usia, jenis kelamin, atau kualitas kepribadian, tetapi
katena status sosial mereka. Status merujuk pada pijakan seseorang
dalam masyarakatnya. Ini terdiri dari jaringan yang kompleks
menyangkut kien dan kewajiban. Dalam masyarakat yang ter
stratifikasi, posisi dirangking berdasar susunan hierarkies, meskipun
basis perbedaan beragam dari suatu masyarakat kemasyarakat lain.
Dalam membahas stratifikasi sosial, interest kita akan terfokus pada
ketidaksamaan akses terhadap barang, jasa, dan pleasure. Strata ini
cenderung terus ada dan terpelihara antar generasi.

Karena ada banyak kriteria untuk klasifikasi, ada beberapa jenis
stratifikasi sosial. Satusistem yang sangat dikenal di Amerika adalah
sistem kelas yang pertama dikembangkan di Inggris setelah terjadi
revolusi industri. Meskipun sistem ini telah mengalami perubahan sejak
perang dunia ll, garis kelas saat ini lebih kentara dari pada yang ada di
Amerika. Dalam kelas dengan hak-hak previlegennya- dengan gelar
aristokrasinya dan kekayaan lainnya – terdapat way of live yang
ditandai dengan perusahaan negara, gelar, gaya pidato dan
seperangkat adat yang kompleks anak laki-laki masuk sekolah negeri
seperti eton dan garro dan ikut matrikulasi di universitas oxford atau
cambrige, dimana mereka lebih suka mempelajari ilmu klasik dari pada
ilmu modern penekanan ditempatkan pada ‘pembibitan’(Bredinng), dan
bagi yang tidak terlahir dalam lngkaran ini, way of live adalah sesuatu
yang tidak mudah didapat dalam waktu yang singkat.skala paling dasar
adalah kelas pekerja, kelas yang terlibat dengan pekerjaan kasar atau
rutine unskilledword. Kelas ini sering digambarkan dalam bentuk
stereotip, dengan aksen cockney, model pakaian informal, dengan
perilaku kasar. Diantara kela ini muncul kelas menengah – pegawai
negeri, para pebisnis dan manager , para profesional, petani
independen, penjaga toko dan pedagang.

Di Indonesia pada masa kerajaan, relasi budaya feodalistik
tampaknya menampilkan sistem stratifikasi sosial yang erat.
Masyarakat indonesia dengan demikian mengenal sistem stratifikasi
sosial itu lewat jalur birokrasi kerajaan yang kemudian tetap
berkembang sebagai sistem birokrasi pegawai dijaman kemerdekaan.
Stratifikasi sosial yang berlangsung dilingkungan masyarakat
tampaknya terpelihara akibat oleh sistem aspirasi masyarakat,
sehingga melahirkan diskriminasi hak-hak masyarakat pada umumnya.
Disektor pendidikan pada awal tahun 1980, sekolah elitis banyak
dipelopori oleh kelompok yayasan kristen dan katolik, tetapi sekarang
ini kelompok orang dari yayasan islam juga mulai bangkit mendirikan
sekolah unggulan yang melayani peminant masyarakat muslim dari
kelas sosial menengah atas (salim, 2001). Sekarang di Indonesia
hampir dapat dipastikan adanya spektrum kegiatan pendidikan
dilingkungan masyarakat pendidikan juga dapat terbaca ketika berada
di madrasah yang letaknya dipedesaan. Dilembaga pendidikan ini akan
terakumulasi anak-anak dari keluarga kelas menengah bawah,
memiliki Ideologi sektarian, danmilitansi yang tinggi selanjutnya dikotakota
besar anak-anak terakumulasi dalam kelas menengah atas yang
membawa ideologi kapitalisme. Mereka memiliki gaya hidup dan
aspirasi yang mempresentasikan kekuatan pemodal dan pemilik
kekuasaan. Fenomena adanya stratifikasi yang kuat dilingkunga
pendidikan, sekarang ini semakin jelas, dengan didirikannya banyak
sekolah unggulan, dan prguruan tinggi unggul akibat kerjasama akibat
pemilik modal di luar negeri.

Berbeda dengan Indonesia, di India pola rangking berlaku cukup
tajam dalam sistem kasta India, salah satu bentuk stratifikasi sosial
yang paling kompleks dan kuat di Dunia. Ada empat strata utama
(Varnas) : Brahmana, Ksatria, Waisa, Sudra. Masing- masing kasta
dibagi menjadi sub kasta yang disebut jatis. Tak seorangpun tahu ada
bberapa jatis disana. Tapi pada 1901, ketika ada usaha untuk
menghitung jumlah jatis dilihat ada lebih dari 2300 jatis – beberapa
hanya beranggotakan sedikit sementara lainnya beranggotakan jutaan
jiwa. Jatis ini dibagi lagi menjadi unit lokal, dan unit ini paling penting
untuk pengendalian sosial. Masing-masing unit lokal ini seperti saudara
: masing –masing memiliki nama kasta dimana anggota bisa
mengidentifikasi diri mereka sendiri, dan masing-masing unit memiliki
way of live yang berbeda. Meskipun ada beberapa pengucilan masing
masing kasta mempunyai pekerjaan tradisional, dan ini dianggap
sebgai tugas suci.

Keanggotaan kasta bersifat turun temurun, dan mengikuti
sistem perkawinan endogami – yaitu anggota kasta hanya boleh
menikah dengan orang dari kasta setingkat. Masing – masing kasta
mempunyai norma yang mengatur hubungan dengan kasta lainnya,
aturan yang mengatur kontak fisik, makan bersama, makan yang
disiapkan oleh kasta lain ada ritual kurifikasi bagi yang melanggar
aturan ini. Masing-masing unit mempunyai pemerintahan sendiri dan
bisa mengeluarkan aturan. Pada skala sosial paling dasar – bahkan
lebih rendah dari sudra – adalah kelompok diluar kasta ( Out caste),
the’untouchable’ secara tradisional mereka adalah para tukang sapu,
pengeruk sampah, penyamak kulit, pembersih closed. Keanggotaan
kelompok ini juga turun temurun. Sistem ini secara keseluruhan
didukung adat dan hukum dan di dorong ideologi agama. Orang
percaya bahwa siapa melakuan tugasnya dengan baik selama masa
hidupnya, dalam kehidupan berikutnya (reinkarnasi) dia akan
mendapat posisi lebih baik. Selama pemerintahan Inggris orang –
orang eropa diletakkan diatas sistem keseluruhan. Sejak India
memperoleh kemerdekaannya pada 1947, beberapa usaha telah
dilakukan untuk mengubah sistem yang kaku ini. Konstitusi baru
memberikan hak bahkan kepada kelompok di luarkasta (golongan
pariya). Kelompok ini sekarang banyak dicari oleh para politisi untuk
mendongkrak suara mereka dalam pemilu. Dengan urbanisasi dan
industrialisasi sistem kasta ini agak mengalam perubahan. Terutama
diperkotaan dimana orang terlalu sibuk untuk melakukan perbedaan
semacam ini. Orang-orang Hindu dari berbagai kasta sudah terbiasa
makan bersama direstoran yang sama, menonton film di bioskop yang
sama, dan berdesakan di bis yang sama pula. Tetapi dimasyarakat
pedesaan pola-pola lama ini masih berlangsung.

Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
Your adsense code goes here

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

| SOCIAL STUDIES-Qu News © 2013. All Rights Reserved |Template Style by Social Studies-Qu News | Design by Fer Bas | Back To Top |