Meskipun komunitas manusia tidak
dirancang sesuai dengan
rencana namun mereka tetap
terorganisir. Ada prosedur-prosedur
yang diakui dalam mencari kerja, namun
mengaplikasikan hak dan
prefilege, memasukkan anggota baru
dalam kelompok, meminimalkan
persaingan dan konflik, dan membuat
peraturan-peraturan. Terlepas
dari perbedaan yang ada manusia mampu
bekerjasama dalam
berbagai transaksi dan mampu
melaksanakannya secara tepat karena
mereka memiliki pemahaman sama
terhadap sesuatu yang semestinya
harus dikerjakan dengan kondisi
lingkungan tertentu. Pemahaman
semacam ini, yang dibakukan dalam adat
dan hukum disebut norma
konvensional., dan totalitas
norma-norma ini menimbulkan struktur
sosial – pola tindakan konkret yang
sudah mapan. Cara dimana
manusia diklasifikasikan dan rangking
merupakan bagian penting dari
struktur masyarakat.
Disemua masyarakat terdapat
klasifikasi pada diri manusia.
Mereka dibedakan satu dengan lainnya
dalam hal etnik, budaya, usia,
jenis kelamin, dan kemampuan alamiah.
Anak, kecuali mereka terlahir
dengan darah bangsawan, tindakan
sepenting kakak-kakaknya dan
tidak memiliki hak prerogatif yang
sama.di banyak masyarakat, wanita
diposisikan supordinat, dan
orang-orang dengan bakat khusus diberi
tanggung jawab tambahan. Tetapi diluar
ini kretiria klasifikasi berbeda
dari satu masyarakat kemasyarakat
lainnya. Disebagaian masyarakat,
manusia diklasifikasikan berdasarkan
pekerjaan yang mereka lakukan,
sementara dalam masyarakat lain mereka
diklasifikasikan berdasarkan
sejarah keluarga mereka (masyarakat
feodalis), dan berdasarkan
kepercayaan yang mereka anut
(sektarian) terlepas dari ideologi
kesetaraan, berbagai kategori manusia
ditempatkan berdasarkan
susunan hierarkies, sebagian dianggap
superior dari lainnya. Dengan
demikian tiap-tiap orang
diklasifikasikan adalam beberapa cara, tetapi
kriteria yang paling penting adalah
kriteria yang menentukan statusnya
dalam masyarakatnya. Beberapa orang
menikmati hak-hak tertentu,
imunitas, dan prestige, dan mereka
diberi tanggung jawab khusus dan
diklasifikasikan dengan cara tertentu.
Ketika berbicara tentang stratifikasi
sosial, para ahli sosiologi
akan merujuk pada ranging kategori
masyarakat, bukan rangking
individu karena kategori sosiologi
merupakan hasil perbandingan
individu dalam masyarakatnya. Beberapa
orang hidupa dalam
kenyamanan sementara lainnya sebagaian
hak-haknya tercabut,
bukan karena usia, jenis kelamin, atau
kualitas kepribadian, tetapi
katena status sosial mereka. Status
merujuk pada pijakan seseorang
dalam masyarakatnya. Ini terdiri dari
jaringan yang kompleks
menyangkut kien dan kewajiban. Dalam
masyarakat yang ter
stratifikasi, posisi dirangking
berdasar susunan hierarkies, meskipun
basis perbedaan beragam dari suatu
masyarakat kemasyarakat lain.
Dalam membahas stratifikasi sosial,
interest kita akan terfokus pada
ketidaksamaan akses terhadap barang,
jasa, dan pleasure. Strata ini
cenderung terus ada dan terpelihara
antar generasi.
Karena ada banyak kriteria untuk
klasifikasi, ada beberapa jenis
stratifikasi sosial. Satusistem yang
sangat dikenal di Amerika adalah
sistem kelas yang pertama dikembangkan
di Inggris setelah terjadi
revolusi industri. Meskipun sistem ini
telah mengalami perubahan sejak
perang dunia ll, garis kelas saat ini
lebih kentara dari pada yang ada di
Amerika. Dalam kelas dengan hak-hak
previlegennya- dengan gelar
aristokrasinya dan kekayaan lainnya –
terdapat way of live yang
ditandai dengan perusahaan negara,
gelar, gaya pidato dan
seperangkat adat yang kompleks anak
laki-laki masuk sekolah negeri
seperti eton dan garro dan ikut
matrikulasi di universitas oxford atau
cambrige, dimana mereka lebih suka
mempelajari ilmu klasik dari pada
ilmu modern penekanan ditempatkan pada
‘pembibitan’(Bredinng), dan
bagi yang tidak terlahir dalam
lngkaran ini, way of live adalah sesuatu
yang tidak mudah didapat dalam waktu
yang singkat.skala paling dasar
adalah kelas pekerja, kelas yang
terlibat dengan pekerjaan kasar atau
rutine unskilledword. Kelas ini sering
digambarkan dalam bentuk
stereotip, dengan aksen cockney, model
pakaian informal, dengan
perilaku kasar. Diantara kela ini
muncul kelas menengah – pegawai
negeri, para pebisnis dan manager ,
para profesional, petani
independen, penjaga toko dan pedagang.
Di Indonesia pada masa kerajaan,
relasi budaya feodalistik
tampaknya menampilkan sistem
stratifikasi sosial yang erat.
Masyarakat indonesia dengan demikian
mengenal sistem stratifikasi
sosial itu lewat jalur birokrasi
kerajaan yang kemudian tetap
berkembang sebagai sistem birokrasi
pegawai dijaman kemerdekaan.
Stratifikasi sosial yang berlangsung
dilingkungan masyarakat
tampaknya terpelihara akibat oleh
sistem aspirasi masyarakat,
sehingga melahirkan diskriminasi
hak-hak masyarakat pada umumnya.
Disektor pendidikan pada awal tahun 1980,
sekolah elitis banyak
dipelopori oleh kelompok yayasan
kristen dan katolik, tetapi sekarang
ini kelompok orang dari yayasan islam
juga mulai bangkit mendirikan
sekolah unggulan yang melayani
peminant masyarakat muslim dari
kelas sosial menengah atas (salim,
2001). Sekarang di Indonesia
hampir dapat dipastikan adanya
spektrum kegiatan pendidikan
dilingkungan masyarakat pendidikan
juga dapat terbaca ketika berada
di madrasah yang letaknya dipedesaan.
Dilembaga pendidikan ini akan
terakumulasi anak-anak dari keluarga
kelas menengah bawah,
memiliki Ideologi sektarian,
danmilitansi yang tinggi selanjutnya dikotakota
besar anak-anak terakumulasi dalam
kelas menengah atas yang
membawa ideologi kapitalisme. Mereka
memiliki gaya hidup dan
aspirasi yang mempresentasikan
kekuatan pemodal dan pemilik
kekuasaan. Fenomena adanya
stratifikasi yang kuat dilingkunga
pendidikan, sekarang ini semakin
jelas, dengan didirikannya banyak
sekolah unggulan, dan prguruan tinggi
unggul akibat kerjasama akibat
pemilik modal di luar negeri.
Berbeda dengan Indonesia, di India
pola rangking berlaku cukup
tajam dalam sistem kasta India, salah
satu bentuk stratifikasi sosial
yang paling kompleks dan kuat di
Dunia. Ada empat strata utama
(Varnas) : Brahmana, Ksatria, Waisa,
Sudra. Masing- masing kasta
dibagi menjadi sub kasta yang disebut
jatis. Tak seorangpun tahu ada
bberapa jatis disana. Tapi pada 1901,
ketika ada usaha untuk
menghitung jumlah jatis dilihat ada
lebih dari 2300 jatis – beberapa
hanya beranggotakan sedikit sementara
lainnya beranggotakan jutaan
jiwa. Jatis ini dibagi lagi menjadi
unit lokal, dan unit ini paling penting
untuk pengendalian sosial.
Masing-masing unit lokal ini seperti saudara
: masing –masing memiliki nama kasta
dimana anggota bisa
mengidentifikasi diri mereka sendiri,
dan masing-masing unit memiliki
way of live yang berbeda. Meskipun ada
beberapa pengucilan masing
masing kasta mempunyai pekerjaan
tradisional, dan ini dianggap
sebgai tugas suci.
Keanggotaan kasta bersifat turun
temurun, dan mengikuti
sistem perkawinan endogami – yaitu
anggota kasta hanya boleh
menikah dengan orang dari kasta
setingkat. Masing – masing kasta
mempunyai norma yang mengatur hubungan
dengan kasta lainnya,
aturan yang mengatur kontak fisik,
makan bersama, makan yang
disiapkan oleh kasta lain ada ritual
kurifikasi bagi yang melanggar
aturan ini. Masing-masing unit
mempunyai pemerintahan sendiri dan
bisa mengeluarkan aturan. Pada skala
sosial paling dasar – bahkan
lebih rendah dari sudra – adalah
kelompok diluar kasta ( Out caste),
the’untouchable’ secara tradisional
mereka adalah para tukang sapu,
pengeruk sampah, penyamak kulit,
pembersih closed. Keanggotaan
kelompok ini juga turun temurun.
Sistem ini secara keseluruhan
didukung adat dan hukum dan di dorong
ideologi agama. Orang
percaya bahwa siapa melakuan tugasnya
dengan baik selama masa
hidupnya, dalam kehidupan berikutnya
(reinkarnasi) dia akan
mendapat posisi lebih baik. Selama
pemerintahan Inggris orang –
orang eropa diletakkan diatas sistem
keseluruhan. Sejak India
memperoleh kemerdekaannya pada 1947,
beberapa usaha telah
dilakukan untuk mengubah sistem yang
kaku ini. Konstitusi baru
memberikan hak bahkan kepada kelompok
di luarkasta (golongan
pariya). Kelompok ini sekarang banyak
dicari oleh para politisi untuk
mendongkrak suara mereka dalam pemilu.
Dengan urbanisasi dan
industrialisasi sistem kasta ini agak
mengalam perubahan. Terutama
diperkotaan dimana orang terlalu sibuk
untuk melakukan perbedaan
semacam ini. Orang-orang Hindu dari
berbagai kasta sudah terbiasa
makan bersama direstoran yang sama,
menonton film di bioskop yang
sama, dan berdesakan di bis yang sama
pula. Tetapi dimasyarakat
pedesaan pola-pola lama ini masih berlangsung.
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.