Pemakaian istilah “modern” secara
tersirat menyatakan adanya perkembangan yang mengikuti teori sosiologi modern.
Gagasan ini tampak aneh karena kita telah terbiasa memikirkan sesuatu yang modern itu
sebagai perkembangan yang
paling akhir, yang paling baru.
Tetapi, dalam beberapa dekade
terakhir dan dalam beberapa bidang yang berbeda (kesenian, arsitektur, sastra,
dan sebagainya) telah terjadi sederetan perkembangan yang dianggap ada masalah
dengan modernitas yang ingin ditunjukkan dan dijelaskan oleh pakar post
modernitas.
Dalam teori sosiologi, teori modern
(dan teori klasik) masih tetap penting dan menonjol dalam disiplin ini. Tetapi
post modernisme makin penting pengaruhnya atas teori sosiologi dan kini ada
peluang untuk mengidentifikasi perkembangan perspektif teoritis dan teoritisi
post-modern. Selanjutnya, karena paling dekat dengan kemanusiaan orang
mengharapkan teoritisi sosiologi akan menjadi teori yang paling terbuka
terhadap post-modernisme. Karena setidaknya sebagian teoritisi sosiologi makin
berorientasi post-modern, kita dapat mengharapkan bahwa sosiologi yang makin
berorientasi empiris akan semakin dipengaruhi sekurang-kurangnya oleh beberapa
teori sosial postmodernisme.
Dalam membahas post-modernisme, kita perlu menggeser perhatian
kita dari teori-teori sosiologi ke teori-teori sosial. Meski perbedaan antara keduanya tak
jelas, teori sosiologi cenderung mencerminkan perkembangan yang sebagian besar
terjadi dalam sosiologi dan menjadi sasaran perhatian utama sosiologi. Teori sosial
cenderung bersifat multidisiplin. Sebenamya, setidaknya sebagian teori yang telah
dibahas sebelumnya, terutama teori neo-Marxisme dan teori tentang agen struktur,
lebih tepat dilukiskan sebagai teori sosial. Bagaimanapun juga, sudah jelas bahwa
teori-teori post-modern paling
tepat dipandang sebagai teori sosial.
0 komentar:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.